Sunday, November 29, 2009

Rumput Liar


Pria itu tidak pernah berkata ia mencintaiku, sedikit pun. Namun aku kadang mampu merasakan dari kekuatirannya, kemarahannya padaku, dan segala pertengkaran yang kami lakoni setiap hari layaknya pertengkaran anjing dan kucing. Namun, toh aku tidak beranjak dari sisinya. Aku tahu aku mencintainya, namun aku tak pernah tau apa dia mencintaiku. Haruskah aku merasa ragu?


Kerap kali aku mencuri perhatiannya dengan berbuat hal-hal yang justru aku tahu, dia akan murka. Dia akan marah – dan seakan ingin mengeyahkanku jauh-jauh dari hidupnya. Namun entah kenapa aku masih enggan menyingkir- layaknya rumput liar yang saban hari dipotongnya – namun para kumbang, kupu-kupu, atau anjing-anjing yang tak kenal permisi- maupun sang angin nakal itu membawa bibitku yang ditebar begitu saja, membiarkanku bercumbu dengan tanah dan memeluk hujan untuk tetap tumbuh- dan masih saja setia menunggu untuk jadwal potongan berikutnya.

Semakin hari – semakin panjanglah aku, sehelai rumput liar, seolah berlari mengelilingi pria itu layaknya lingkaran setan. Tak jarang ia akan menangkapku, memotongku, namun Ia tak punya pilihan, Karena aku tetap tumbuh – dan aku tak ingin berpaling darinya, walaupun itu bukan jaminan dia akan membiarkan taman kecil di depan rumahnya bebas dari aku.

Kadang ia lelah. Ia tak lagi menangkapku dari hembusan angin yang menggodanya dan membiarkanku menari di tengah taman itu seorang diri. Terkadang ia hanya menjadi penonton yang setia, pura-pura baik hati dengan tidak menoleh padaku dan membiarkan cumbuanku dengan tanah semakin menjadi dan hujan pun semakin setia menemaniku.

Tunggu, ini bukan cerita rumput liar, tanah, hujan, atau angin nakal. Ini ceritaku dengan pria itu – pria yang tak pernah mengatakan ia mencintaiku. Pria yang terlalu acuh membiarkan cintaku lenyap layaknya biru langit yang lega setelah melepaskan kristalnya yang menyejukkanku. Tidak. Aku tidak butuh semua kebahagiaan nyata itu. Aku perlu satu kata pembuktian darinya, cinta.

Iya. Iya. Cukup! Banyak sudah aku mendengar bahwa cinta tak perlu diungkapkan, namun itu mereka, itu kalian, itu pria lain yang kerap berkata cinta tidaklah berujung bunga, dan bunga akan tersudut mati apabila menunggu kumbang. Ya ya. Itu mampu kuterima dengan logika. Cinta memang rumit, seperti buah simalakama. Diungkapkan - terkadang takut, apabila tidak diungkapkan- menimbulkan resiko bahwa cinta itu akan lenyap dan menghilang bagai debu. Namun… apabila aku tak mampu merasakan cinta, apa yang akan membuatku hidup?

Aku mengambil lembaran kain putih itu dan mengikatnya erat di pelipisku. Iya, kata orang cinta penuh perjuangan, jadi aku harus berjuang! Aku berusaha bersikap semanis mungkin agar pria itu sejenak saja mau berbincang denganku, sisakan sedikit saja waktu untukku, berkata satu kata saja agar buatku tersenyum. Namun segala yang kulakukan tidak ada artinya di matanya. Seperti biasa kami lagi-lagi setiap hari layaknya kucing dan anjing – bebuyut yang tak pernah berbaikan. Akhirnya, ku putuskan lagi untuk menjadi penghias tamannya- rumput liar yang pasrah.
***

Auww!!
Aku berteriak keras karena seseorang telah menginjakku. Aku baru saja ingin berubah lagi menjadi kucing yang selalu diajak perang mulut oleh pria itu. Namun, yang menginjakku bukan dia, melainkan seorang wanita. Aku terpaku menatapnya. Kubiarkan dia menginjakku semena-mena, semau hatinya, sesukanya. Sambil bertanya-tanya dalam hati, mengapa pria itu membiarkan wanita ini menginjak-nginjak rumput liar seperti aku. Apa dia tidak tahu, pria itu pun tak tega menginjakku seperti ini. Karena pria itu hanya memotongku saja, ia membiarkan akarku hidup, merelakan hujan menari denganku dan memberiku kesempatan bercumbu dengan tanah coklat yang subur. Namun… nampaknya sekarang, aku harus benar-benar berbuat sesuatu.

Angin meniupku perlahan sore itu, membiarkanku menyanyi lagu yang luar biasa sendu. Pilunya dukaku tak mungkin ia rasa- kala sang wanita itu mencabut akarku dan ia buang jauh-jauh. Tak hanya itu saja, ia mulai menyalakan api. Aku terpana melihat nyala-nyala api yang ia hidupkan melalui daun-daun kering yang berjatuhan di taman kecil itu. Aku tak menyangka wanita ini yang akan datang untuk menjadi penghalang uniknya hubunganku dengan sang pria yang tak bisa kutinggalkan walau pria ini sudah menyakitiku sedalam  palung lautan tiada bertepi- namun tidaklah sekejam wanita ini yang sangat kentara ingin memusnahkanku.

Kesabaranku tidak mampu lagi untuk menanti kata cinta dari sang pria namun aku tidak merasa kuatir kalau wanita itu akan menggantikan posisiku. Tanganku telah menggenggam sesuatu diatas bara api yang tak sempat berkobar, terasa sejuk ditanganku dan dari sela-sela jariku mengalir cairan yang mematikan bara api itu perlahan-lahan, walaupun nyalanya masih menjilat-jilat ditengah deru angin yang menderu dibelakang leher.

Aku mendengar pria itu berlari ke arah taman, tempatku berasyik masyuk melakukan kegiatanku. Pria itu menatapku dan ia membeku disudut taman itu, tidak seperti biasanya. Lidahnya tiba-tiba tak mampu berucap seribu kata yang biasanya menusuk hatiku bagai sembilu. Aku tersenyum – memasang senyum kemenanganku sore itu. Aku berjalan menuju pria itu, sambil membawa sesuatu yang kini sudah berbau anyir di tanganku.

Tidak ada kata maaf untukku di dalam hati wanita ini.” bisikku lirih, seraya menyerahkan sabit pemotong rumput yang kuasah semalaman, masih berlepotan cairan berwarna merah- ke tangan pria itu, sambil mengarahkan ujungnya yang runcing, tepat pada jantungnya.

“Apa kau punya, Ayah?” tanyaku lirih. Aku tahu, dia akan menjawabnya dengan sahut-sahutan panjang seperti biasanya. Namun, tidak kali ini- dan perkiraanku meleset jauh- sejauh ia melemparku dan membuatku terbakar dalam nyala api dendam yang merefleksikan terik mentari, tertegun menyaksikan sang angin meringkusku tanpa jejak.

Rumput liar itu telah terbang tinggi - diiringi nyala api mengecil yang serta merta menembangkan pesan wasiatku pada pria itu. “Cabutlah aku, bakarlah aku, dan injaklah aku – namun aku adalah rumput liarmu yang tetap tumbuh dan tegar dalam taman itu. Meskipun warna tanah yang mencumbuku berubah menjadi merah - oleh darahku yang tersisa di sabit yang kau genggam, Ayah.. Percayalah, aku tetap setia.”

Friday, November 27, 2009

Percaya dan Pasrah


“Dikirim ke Australia : Juli – 2008 “

Kalimat ini dibuat oleh seorang wanita berumur 22 tahun di buku hariannya pada bulan Desember 2007. Setiap malam ia selalu membacanya, apalagi setelah ia gagal lolos pertukaran pemuda ke Australia pada bulan Mei 2007 – hanya dikarenakan tinggi badan yang tidak mencukupi. Saat itu, ia masih bekerja sebagai seorang asisten guru di salah satu sekolah internasional di Bali. Namun, Ia telah berniat untuk pindah kerja ke sebuah perusahaan bahasa yang terkemuka di kotanya, maka tak ada pilihan, ia harus resign – mengundurkan diri di bulan Desember tahun 2007.

Juni 2008

Wanita itu termangu di depan sebuah kertas pengumuman yang tertempel di kantor depan. Isi dari pengumuman itu panjang – namun begitu menantang, baginya. Pengumuman itu berasal dari Departemen Pendidikan Australia yang membutuhkan satu orang asisten untuk mengajar Bahasa Indonesia di Australia selama setahun. Persyaratan sudah dia kantongi, lalu dengan segenap keberanian, dia mengambil kertas pengumuman itu, membuatnya 2 buah copy dan wanita itu pulang ke rumah dengan mata berbinar.
Ia memperlihatkan satu lembar kopian pengumuman itu pada ayahnya. Dengan kacamata yang selalu melorot di hidung, sang Ayah berkata, “Kamu mau melamar ya?” Wanita itu mengangguk cepat. “Lalu apa pentingnya pendapat Papa?” balas si Ayah. Wanita itu kemudian menjawab, “Karena aku percaya aku yang akan terpilih, lalu aku akan pergi selama setahun, Papa kuat aku tinggalkan?” tanyanya lugas. Sang ayah membuka kacamatanya, tidak- dia tidak keriput, hanya lingkaran matanya menampakkan umurnya yang setengah abad melebihi wanita itu. “Kejarlah mimpimu, sudah cukup Papa meninggalkanmu,sekarang terbanglah kemana kau mau.” Wanita itu tersenyum.

Lembaran berikutnya ia serahkan pada Ibunda tercinta, di rumah yang berbeda, di malam yang sama. Sang Ibu menilik pengumuman itu, membacanya dengan seksama dan bertanya pertanyaan yang sama dengan sang ayah. “Kamu mau melamar ya?” Wanita itu menjawab, “Iya, bagaimana menurut Mama?” Sang Ibu tersenyum dan berkata, “Turutilah keyakinanmu, nak. Doa Mama selalu menyertaimu.

Malam itu juga, wanita itu membuat letter of interest dan mengirimkannya kepada para penyelenggara program pertukaran itu. Tak dinyana pelamarnya hanya dua orang. Wanita itu, dan temannya, Made – seorang pria berasal dari Malang, namun besar di Bali. Made sudah lama bekerja di perusahaan yang sama dengan wanita itu. Semua orang yakin, Made pasti terpilih karena pengalaman dan porsi mengajar yang jauh lebih berpengalaman. Semua orang menertawai dan mencemooh wanita itu. Mereka mengatakan kalau wanita itu adalah seorang pemimpi besar, anak kemarin sore yang belum bisa merangkak namun hendak ingin terbang – sungguh hal yang mustahil.

Wanita itu hanya tersenyum, membaca buku hariannya, membaca kalimat yang ia tulis tahun 2007 silam, dan ia berkata pada dirinya sendiri, “Tuhan, saya percaya – Engkau mampu membuat segalanya menjadi mungkin.” Ia tak peduli walau tak seorang pun mendukungnya. Ia tak juga pernah tahu rahasia Tuhan. Hanya satu yang ia punya, “Kepercayaan” bahwa Tuhan menggenggam seluruh mimpi-mimpinya.

27 Juli 2008

Wanita itu datang ke kantor pagi hari seperti biasa, menyapa semua orang, dan tak sengaja berpapasan dengan Made – yang langsung menyalaminya. “Selamat, Anda terpilih.” Wanita itu termangu, ia merasa tangan Tuhan sedang memegangnya waktu itu. Dan, iya.. wanita itu saya. (terlalu mudah di tebak, ya) Namun, itulah perjuangan singkat saya, sehingga saya bisa merantau ke negeri kangguru, hanya berdasarkan “mimpi” dan “kepercayaan”.

Tidak kita sadari, hanya itulah modal kita hidup di dunia ini. Bermimpi, melambungkan cita-cita setinggi bulan – lalu berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. Namun, menurut saya, kepercayaan adalah kuncinya. Tak sedikit orang yang tidak mau percaya bahwa Tuhan Maha Ada dan Maha Mengetahui. Mereka mungkin lupa bahwa Tuhan adalah Sang Penguasa.

Tengoklah kepercayaan Nabi Ibrahim yang menjalankan perintah Tuhan walaupun Tuhan hanya datang melalui mimpi dan berpesan agar beliau menyembelih Ismail- anak kandung Nabi Ibrahim. Beliau pun tak peduli, walau beliau dianggap gila dan mungkin di katakan sebagai pembunuh berdarah dingin. Namun, yang beliau punya adalah kepercayaan dan kepasrahan pada Tuhan dalam menjalankan perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya.

Coba bayangkan, apabila Nabi Ibrahim tidak memasrahkan diri, bersabar, dan percaya dalam proses penyembelihan tersebut, Tuhan tidak akan menjawab kepercayaan itu dengan mengubah Ismail menjadi seekor kambing. Tidak akan ada hari raya kurban – atau yang biasa disebut “Idul Adha” oleh umat muslim – Sebuah perayaan untuk mengingatkan umat manusia bahwa ketebalan iman yang didasari rasa kepercayaan kepada Tuhan adalah sesuatu hal yang patut dilaksanakan.

Saya mendengar cerita ini dari guru agama saya, sewaktu saya berumur 6 tahun, di sebuah sekolah Kristen di Bali. Ayah saya mendaftarkan saya di sekolah itu, hanya karena sekolah Kristen itu swasta (yang ia percaya kualitasnya lebih bagus daripada sekolah negeri) – walaupun saya bukan pemeluk agama tersebut. Namun, cerita itu sungguh membekas di hati saya, tentang pentingnya sebuah kepercayaan dan kepasrahan pada Tuhan. 

Sudahkah Anda percaya dan pasrah pada Tuhan?

Gek mengucapkan “Selamat Idul Adha” bagi yang merayakan. ;)

Thursday, November 26, 2009

Cinta insan



"Tanda paku di kaki dan tangan, tanda cinta, tanda cinta"
"Tanda tombak menusuk di pinggang, tanda cinta nya Tuhan"
"Itu semua sudah Tuhan terima"
"Guna semua yang mengikut Dia"
"S'lamat orang yang tidak melihat, tapi percaya juga..."



Bagi umat Kristen pasti sudah semua donk hafal lagu ini. Iya, masa kecil saya memang dihabiskan dengan beratus2  lagu kristiani. Membaca alkitab saku pemberian guru agama saya, mendengar cerita-cerita dari alkitab, dan mencatat pesan-pesan penting dalam alkitab. Saya malah punya catatan kecil yang saya tulisi di buku note pad kecil bergambar sailor moon. Saya bawa buku itu kemana-mana seolah-olah itu merupakan benda yang paling berharga dalam hidup saya. Jikalau sedih, saya membuka buku itu, memilih salah satu lagu dan menyanyikannya keras-keras. Sampai ayah saya sampai mematikan radio atau tape di mobil dan memilih suara saya yang kayak ember bocor.. haha.
Tapi saya bersyukur masuk sekolah Kristen itu selama enam tahun, karena sebagian besar teman saya memeluk agama Hindu, sama seperti saya. Beberapa Muslim , Budha, China, dan sisanya Kristen.. 50 orang dalam angkatan saya, dan percayalah.. kami sangat-sangat rukun. Kami luar biasa kompetitif dan lucu. Saya merindukan mereka. Saya merindukan kepanikan teman saya kalau saya lupa membawa buku, saya merindukan celotehan teman saya saat naik sepeda bareng, saya merindukan tangan mereka yang memegang saya saat hampir jatuh naik sepatu roda, atau menarik saya di kolam renang saat saya mau tenggelam.. itu merupakan tanda cinta mereka yang paling tulus. Tanda cinta yang tidak saya dapatkan dari lingkungan sekitar saya yang menganggap saya seperti secuil debu yang tidak ada artinya. Saya sempat berpikir bagaimana damainya dunia apabila mereka mencontoh kerukunan kami yang berteman dengan tulus tanpa memandang fisik, budaya, agama, atau latar belakang.. apalagi warna kulit.
Kalau di dunia bloggers, tanda cinta adalah saat teman kita sudi meluangkan waktu untuk membaca postingan kita yang kadang bermutu- kadang terlalu panjang, kadang sesuka hati. Yang mau mengetik kolom komentar daripada ngisi buku tamu saja. Yang bersedia mengobrak-abrik rumah kita, walaupun itu masih postingan mentah yang belum terpoles. Yang memberikan tanda cinta tak terduga seperti award yang saya terima dari sahabat blogger baru saya yaitu Insan 37 yang punya rumah baru!  (walaupun sudah tiga kali dapat award ini, saya pasang kok, namanya juga tanda cinta seorang sahabat ;)

Award ini sedang nge-trend dan beredar seperti surat kaleng, namun tetap indah dipajang, kok! ;)


Terima kasih awardnya sobat, tanda persahabatan ini akan saya teruskan juga kepada kawan blogger baru saya yang sudah mulai bersedia membaca dan menguliti postingan saya, izinkan saya memberikan tanda cinta saya pada kalian..

Bagi teman-teman senior dan teman –teman seperjuangan yang sudah sangat sering membaca, menguliti, komen, meninggalkan pesan di buku tamu- dan masih setia membaca, tanda cinta saya adalah mengunjungi balik rumah kalian setiap saat, award spesial untuk kalian saya berikan nanti pada waktunya – seperti Tuhan yang selalu membuat segalanya indah pada waktunya.  ;)


Wednesday, November 25, 2009

FORBIDDEN!


Tidak seharusnya saya menulis tulisan ini, tetapi mesti ditulis- biar uneg-uneg di hati tidak menumpuk di hati trus menutupi  pembuluh darah dan bisa membuat pembuluhnya tersumbat dan buntut-buntutnya buat saya sakit jantung dan masuk rumah sakit, lalu ketemu lagi akar dari tulisan ini.. c spasi d ah…


Saya benci dokter.


Fiuh… statement yang mungkin bisa menghebohkan dunia persilatan. Untung bloggers ga ada silet-siletan atau kasak-kusukkan ya, kalo ada, saya bisa dikejar-kejar.. (serasa artis gitu..?) Iya, tidak seharusnya saya menulis statement itu, namun, kebencian ini sudah beranjak di ubun-ubun dan membuat kepala saya berasap..


Ayah saya sendiri seorang dokter, dia pernah berkata.. “Papa tidak menyangka profesi ini membuat perasaan papa tumpul.” Saya sempet bengong denger ayah saya ngomong begitu. Alasannya lagi, karena pekerjaan dokter banyak menuntut ayah saya untuk berbohong , dan menguras emosinya kalau ada pasien yang tak mampu ia selamatkan.. Namun karena saking banyaknya, dan ayah saya sudah menjadi seorang dokter yang jam terbangnya sangat tinggi, ia kehilangan rasa sedihnya.  Ia tidak pernah bersedih kalau melihat saya harus menunggunya pulang praktek hingga dini hari hanya untuk membantu saya membuat PR matematika. Tidak pernah bersedih kalau saya sendirian di rumah, dan tak punya teman. Tidak bersedih kalau saya terbaring sakit, malah yang ada saya dimarahin, dituduh manja. Saya benci itu.

Saya tahu, belajar kedokteran itu sangat rumit, karena dokter juga merupakan manifestasi tangan Tuhan yang mampu menyelamatkan nyawa seseorang. Tidak saya pungkiri saya bahkan semua orang memerlukan ilmu mereka untuk menyelamatkan orang-orang yang saya cintai (mungkin) atau bahkan diri saya sendiri. Tapi bukan ilmu itu yang membuat mereka diizinkan untuk menyombongkan diri sebagai yang Maha Tahu dan Maha Bisa. Seperti ayah saya (lagi) yang terkena penyakit karena kesombongannya sendiri yang menolak untuk minum air putih! Sehari-hari ayah saya Cuma minum lima gelas teh atau kopi dingin. Saya lelah memberitahunya, maka waktu ayah saya bilang dia sakit, saya tidak banyak bicara. Saya hanya bisa bilang, “Ah, penyakit ciptaan diri sendiri. Toh sudah tau obatnya, kan?”. Kejam ya saya? Semoga saya tidak kualat.

Iya.. iya, saya juga tahu seorang dokter itu mempunyai IQ yang terbang tinggi, namun bukan berarti tidak bisa jatuh. Saya jadi ingat beberapa hari yang lalu, ada sekawanan dokter muda yang mencoba membantu ibu saya untuk download Skype. Mereka berkomunikasi dengan saya menggunakan bahasa inggris, lah.. saya benci setengah mati! Saya tidak suka orang menganggap bahasa inggris paling keren (meskipun kita perlu, butuh, dan sangat tergantung pada bahasa ini!), namun darah saya ini asli Bali – saya masih hormat akan bahasa Negara saya, mengapa mereka harus menggunakan bahasa inggris untuk sekedar chat sama saya.. untuk sekedar “uji coba” bahasa inggris saya dan maaf ya.. mending bahasa mereka bagus.. aduh! Saya benar-benar muntab! Saya sampai balas menggunakan bahasa Indonesia, dan mereka masih berbicara menggunakan bahasa inggris. Sampai-sampai, karena kekesalan saya yang memuncak, saya teks balik mereka,

“For your convenience, I suggest you to speak in Indonesia with me.” Mereka hanya tertawa saja.

Belum lagi, mereka menggunakan Skype ibu saya untuk berkomunikasi dengan saya. Dikiranya saya bodoh, dipikirnya saya cuma guru kacangan mengajar bahasa Indonesia dan tidak mengerti bahasa inggris. Mereka mengirimi serentetan kalimat berbahasa inggris.. “Hey my daughter, this is your mom, how are you darling?” Dari kalimat pertama saya sudah tahu kalau itu bukan Ibu saya. Karena, Ibu saya selalu memanggil saya “Gek” iya.. Gek, seperti kalian juga memanggil saya – itu yang mereka tidak tahu- huh! Dasar, dokter-dokter sombong!

Jadi dokter = kaya?

Belum tentu. Semua orang menganggap menjadi dokter itu nilainya tinggi di masyarakat, sampai-sampai setiap minggu saya yang harus turun tangan kerja bakti di lingkungan rumah saya di Bali, karena ayah saya bilang… “Papa kan dokter, buat apa Papa harus ikut kerja bakti?” Sunguh mati, saya benci kesombongan seorang dokter. Karena toh kehidupan ekonomi ayah saya biasa-biasa saja. Bahkan, kerap membandingkan gaji hariannya dengan honor mengajar saya sewaktu saya kuliah. Lalu dengan semena-mena menghentikan biaya kuliah saya, karena dia anggap honor saya lebih besar daripada dia.. Tuhan ampuni ayah saya ya? Atau saya juga sekalian yang berani membuat tulisan yang mungkin dianggap terlarang ini.

Tambahan lagi, para dokter-dokter muda itu malah merayu saya, dan bilang – hidup saya bakal terjamin kalau menikah dengan mereka.. Hati saya tercabik, martabat saya sebagai seorang wanita dan seorang guru langsung terasa diinjak-injak oleh mereka.

Dokter bukan Tuhan.

Jadi tolong berhentilah menyombongkan diri, mengganggap diri paling pintar dan maha mengetahui., walaupun dalam hati, saya masih menyimpan kepercayaan kalau mereka adalah manifestasi tangan Tuhan yang mempunyai cita-cita yang sangat mulia. Masih yakin bahwa tidak semua dokter mempunyai contoh-contoh sikap yang saya beberkan diatas, semoga ya!

Pesan untuk para dokter atau calon dokter : Ingatlah ilmu padi dan bawalah sampai mati.

Pesan untuk the readers  : Maaf kalau ada dalam tulisan ini ada yang membuat para readers tersinggung, percayalah, saya cuma curhat- sebelum saya ketemu mereka lagi!

Pesan spesial (pake ayam goreng dan siomay) untuk Gomel: Percayalah, saya yakin Gomel akan jadi dokter yang cantik,imut, berbudi luhur, dan tidak sombong, sukses terus ya! :)


Mullumbimby – Panas, gerah, bingung mau ngapain.

Monday, November 23, 2009

Ember Bocor!

Holaa… Saya baru pulang dari facebook dan melihat status yang sama dengan saya tentang film si vampire pucat dan si wanita berambut merah.. ho oh.. sapa lagi kalo bukan Edward dan Bella dalam Twilight Saga terbaru “NEW MOON”. Film ini memang baru di release di seantero Negara selain Indonesia.. (secara di Indo masih sibuk, ribet, dan grasa-grusu ngantre nonton 2012..!). Di sini meskipun euphorianya besar sekali, engga lah seheboh di Indo sampe ngatre?? Ga level ahh.. (serasa sombong, *getok* dulu ahh.. hehe)

 Perbedaannya ::

status saya : “Lagi nonton New Moon, tanpa ngantre, tanpa panas2an, tanpa teman, too easy!
Teman saya (di Amrik.. ehm!) : “New Moon : speechless and melted."

Komentar balik saya ---->  BERLEBIHAN.

Penjelasannya ::

(Ini nih.. si manusia serigala a.k.a Jacob dengan wajah baru.. adoh.. bikin lemes... !!!)

Lagian, saya ga naksir ah, ga nafsu sekalian sama si vampire pucet- kayak kekurangan darah gitu! (yang marah boleh protes..) Tapi, terus terang ngiler sama body si manusia serigala yang *duh.. six packs! Wuhhh.. sampe terpana saya melihatnya! (*nyebut gek.. nyebut…) Untungnya saya duduk sendiri, dan para penonton sekitar saya adalah gadis-gadis dan para laki-laki ABG.. hahaha! (ga nyambung)

Kalau soal efek, wah, lumayan keren dibandingkan dengan yang pertama. Keromantisan.. boleh lah, jauh lebih romantis yang ke dua ini. Tapi ada bagian film itu, yang buat hati saya seperti di remas-remas kayak meres kelapa yang di parut untuk jadi santan- waktu si vampire pucet itu bilang mau pergi sama si rambut merah. Tanpa alasan, gitu aja. Break up! PERSIS seperti pacar saya dulu mutusin saya, hih… Kerasa banget sesak nafasnya si Bella yang bilang… “Edward, don’t go….!” Jebbb-Jebbb-Jebbbb (tikaman bertubi-tubi pada jantung saya! *lebayyy*) Belum lagi melihat bagaimana frustrasinya Bella, membawa saya ke masa-masa kelam saya saat sakit hati karena pria “buaya” haha.. (*gek.. sadar, sadar!!)

Syuting lokasi tempat hampir sama, tapi NEW MOON menyuguhkan tempat baru, yang super indah.. sekali. Disini jelas terlihat perjuangan Bella mencari cinta (lagi-lagi…). Serasa lelah saya berbicara atau menulis kalau tidak ada takdir yang menyurat bahwa bunga hinggapi kumbang, menyalahi hukum alam itu! Namun mengapa itu yang terjadi belakangan ini?? Hayooo.. para wanita yang ngerasa ngejer-ngejer cowok idaman.. ngaku deh, ga usah malu-malu bunga!

Akhir film ini malah membuat saya pengen interogasi sutradara pembuat naskah nya.. pertanyaannya, sebagai berikut ::

1. Kenapa si Bella malah ngasi harapan sama si pria srigala? Dengan bilang “I LOVE YOU” trus disambung dengan “PLEASE, DON’T ASK ME TO CHOOSE”. Maksud?? Hmm.. kalo saya terawang dari kaca mata ‘guru’ saya… (ehm!) Dari hukum alamnya.. (hukum alam melulu, serasa bukan guru ilmu pasti deh!), saya juga masih sering bertanya, kenapa juga pria selalu suruh wanita yang milih. Kalo si pria suka, samber aja dounk, wanitanya!!!! (emang ayam disamber?) Pasti deh ujung-ujungnya si pria bilang, “keputusan ada di tanganmu…” BETE! Yang bener tuhhh… kumbang yang milih, mo hinggap di bunga yang mana? Bukan bunga yang terbang milih kumbang – bener, kan??? Intinya, saya setuju sama kalimat si Bella ituh.. Cuma kasian banget sama si serigala.. lucu sih kayak anjing gitu. (Lho???) Kesel juga karena kesannya Bella juga ga rela kehilangan si manusia serigala, tapi milih si vampire pucet.. Susahnya jadi wanita!

2. Kenapa sih Bella ga milih si serigala aja, secara dia jauh lebih baik daripada si vampire pucet.. Dia lebih perhatian, ada waktu Bella lemah, nolongin Bella pas dia mau bunuh diri.. huks huks.. penonton kecewa. Bella terlihat ga konsisten, padahal dia sendiri yang bilang, “He makes me alive..” Bete ah.. (Hayo.. yang mau protes lagi, silahkan, asal jangan nimpukin saya ya.. hehe)

3. Apa maksud dari kata “hah?” yang diucapkan Bella pada waktu si Edward bilang satu kalimat pusaka di akhir film?? Perjuangan si Bella udah panjang, trus si Edward ngomong dengan manis setelah si serigala pulang dengan tangan hampa.. yang Bella bilang, cuma “hah?” di barengin dengan tepukan riuh para penonton. Sementara saya masih bengong, berpikir, dan bertanya-tanya. Bingung.

Kesimpulannya :: 
Sepertinya saya udah kayak ember bocor nyeritain NEW MOON, bikin yang bener-bener pengen nonton tambah ngiler.. hehe. (walaupun mungkin isi dialog udah hafal dari baca bukunya.. hohohohoh)  Silahkan deh, menunggu filmnya dulu, ngantre ampe kaki gempor, dorong-dorongan (sedikit) seperti mau cari kupon BLT… dan posting kesan masing-masing. Saya tunggu deh! ;)


Sunday, November 22, 2009

Tiga Puluh


Apaan tiga puluh?
Umur saya? Hih.. belum, belum setua itu.
Tanggal lahir saya? Bukan, tanggal lahir saya tanggal 29 kok..
29? Bulan apa? Emangnya interview kerja?? (hehe. Ada orang gila ngomong sendiri..)
Iya nih.. mau curhat.. tentang 10 hal yang akan paling saya rindukan tentang Aussie, karena.. tepat dihitung dari hari ini, sisa waktu saya tinggal 30 hari lagi…! (T.T)
Okay.. 10 things I’ll miss about Australia!
Start………….
1.       Walking
Point pertama yang akan paling saya rindukan adalah.. berjalan kaki! Di sini, saya ke mana-mana jalan kaki- karena tentu saja saya ga punya kendaraan pribadi! Tapi, asyik juga, karena dulu selama saya SD saya memang berjalan kaki sejauh 800m, sendiri aja.. haha. . Maka waktu baru pindahan dulu, saya langsung mengkisut. Sekarang juga, kalo mau nurunin berat badan gampang banget! Tinggal jalan ke sekolah, beres lah! Ga usah diet-dietan.. hehe. Kalo di Bali, mana bisa???? (sungguh memprihatinkan.. ) Ga percaya? Tanyalah si Itik Bali dengan anacondanya.. hehehe!


2.       Transportasi dan Travel
Emang dasar Negara maju, mau kemana-mana sudah ada bis dan kereta api, bahkan fasilitas ini GRATIS untuk anak-anak sekolah.. (ngiler) jadwal bis tinggal cek internet,atau disediakan jadwal gratis. Jadwal kereta api juga gitu, semua deh serba internet! Tiket udah pake mesin- ga ada yg namanya nilep uang tiket kereta api, apalagi calo.. hih.. ke laut ajalah.. Dan… saya baru sadar kalau pendidikan di Indonesia sangat mahal.. naik bemo aja bayar kan? Naik motor juga beli bensin sendiri..
Eh, bicara soal travelling.. terlalu gampang disini, mau terbang ke mana aja, tinggal buka web – pilih hari – malah bisa milih harga tiket termurah, bayar dengan memasukkan digit angka kartu debet atau kredit, tiket di tangan… Indonesia.. kapan membajak cara ini??? (jangan DVD mlulu yang dibajak.. bosen, walaupun saya kejar-kejar juga, hihi ngaku.. contoh jelek nie, jangan dicontoh ya!)

3.       Malvern
Bisa baca deh cerita tentang kesayangan saya,si Malvern Sedih.. banget karena saya tidak bisa mengirim dia pulang ke Bali.. Bisa-sih bisa.., tetapi biayanya itu looo.. Biaya kirim hampir melebihi biaya beli sepeda baru di Bali, meskipun kenangan dan sejarah si Malvern begitu tergores di buku besar saya.. (apaan sih, kayak akuntan aja!) – Saya harus berpisah dengannya.. 30 hari lagi.. hua hua hua  (*lebay*)I love you too, Malvern!!!


4.       Surf Shopping
Orang-orang di Indonesia.. di Bali.. di mana aja deh, pasti sedikit gila dengan merek2 surf side seperti B, R, Q, V.. yang pada semangat nguber big sale saban bulan.. (sampe temen2 maksa saya bolos les dulu! Waktu jaman SMA..)  berdesak-desakan dan rebut-rebutan baju, bikini, celana.. apa aja lah.. Di sini.. jelas aja semua orang pake merk itu.. ya iyalah, secara Aussie production gitu, harga miring lah… Makanya saya kalap banget kalo shopping ke surf shop.. Kemaren-kemaren sampe dapet harga baju sekitar $ 5 a.k.a 40 ribu rupiah.. bahkan bahan kulit (dompet, tas, ikat pinggang) pun harganya ga sebanding sama di Indo.. (di Indo banyakan pajaknya!!! ><)

Nb. Poling “oleh-oleh” atau “titipan” sudah DITUTUP sejak bulan lalu. Gile aje.. baggage saya sudah excess 50 kg niiihhhh.. (hancur, hancurrr….!!!)

5.       Dollar
Ho oh.. ini lagi.. hal yang akan paling saya rindukan.. (matre mode : on). Saya digaji dollar disini.. jumlahnya.. tiga kali lipat gaji saya di Indo.. dan FYI.. (very hot) disini orang gajian dua minggu sekali, catet! Jadi belum habis gaji dua minggu lalu, tabungan sudah penuh lagi.. Astaga.. Kelimpahan rejeki dari Tuhan disini memang benar-benar luar biasa! Saya cuma bisa beryukur-bersyukur-dan bersyukur! Berhubung saya “guest teacher” pemerintah Aussie tidak membebani saya dengan pajak.. (pajak disini TINGGI! 40% gaji, saudara-saudari!!!)—dan Bank juga berbaik hati tidak mengenai pajak bagi penabung berumur 18-24 tahun.. (Ada juga manfaat jadi orang kecil.. hehehe).

6.       Libur
Kalo di Bali.. saya libur paling cuma tanggal merah, dan weekend. Itu saja – cumi = cukup miriz banged… Kalo ada upacara besar, seperti galungan, kuningan, atau Nyepi.. musti minta libur jauh-jauh hari. Maklum saya bekerja di perusahaan swasta, jadi kalau mau libur, ya cuti. Jatah cuti 15 hari setahun.. mau ke mana coba?? Tapi kalo di sini.. saya kerja Cuma 3 hari seminggu! Setiap term ( satu term kurang lebih 10 mingguan) libur 2 minggu. Libur natal beda lagi.. selama liburan digaji lagi.. dollar lagi.. ah, mabok! (jangan ngiri yeee…:p)

7.       Mullumbimby


Tempat ini dikenal dengan “The biggest little town in Australia”. Saya bersyukur Tuhan melempar saya ke sini.. (bola kali, untuk ga sakit jatuhnya…) Tempat ini penuh dengan orang-orang yang peduli dengan saya.. sekolah tempat saya bekerja, murid-murid kecil saya yang selalu bergelayut di kaki saya (seperti monyet kecil yang minta pisang.. hehe), memeluk saya, dan mendengarkan celoteh saya – walau mereka ga ngerti saya ngajarin mereka.. (bahkan mungkin anggap – guruku ngomong bahasa alien yak??) mereka selalu saja membuat hati saya meleleh!
Belum lagi, home stay yang 24 jam menyediakan wireless yang koneksinya ga putus-putus.. (jangan dibandingkan deh….) Saya pasti bisa tersedu-sedu kalau ingat tempat ini lagi.. I’ll sorely miss Mullumbimby..!!!

8.       Cinema
Karena memang hobi nonton film, pastinya saya kehilangan momen berharga nonton film disini.. tidak ngantre walaupun penanyangan perdana.. ga  sampe eneg ngeliatin orang-orang bar-bar dan memble nunggu 3 jam sampe loket buka.. astaga..(serasa ga jelas, mo nonton apa ngantre sembako…) Tinggal beli tiket, masuk bioskop tanpa peduli mau duduk di mana juga boleh! Dan nonton deh dengan aman dan nyaman.. kapan ya.. kapan Indonesia begini….???? SBY tolong komen di posting ini!! ( Bli Jhoni jangan ngaku-ngaku lagi ya.. hihihihi)


9.       Speaking English 24 /7 (kayak makanan aja...)

Yupz.. saya sedikit takut aja.. kalo di Bali nanti ga bakal sesering disini ngomong Bahasa Inggris, namanya Bahasa, ga dilatih, nanti lupa dounk… Para westerner disini sangat menghargai kalau kita berbicara Bahasa Inggris. (karena mereka sama sekali kagak ngarti bahasa lain.. males gitu belajar nya.. hehe). Mereka sering memuji saya berlebihan tentang Bahasa Inggris saya yang pas-pasan.. Kalo bos-bos saya di kantor… sering marahin saya tuh.. karena mereka menganggap Bhs Inggris saya kacangan banget.. (T.T).. Pasrah, nerimo aja deh.. Yang penting, saya bersyukur bisa tahu yang namanya bahasa lain! 

10.   Clean and fresh air – everywhere!
Yaaa… ga ada polusi disini!!!! Bersih banget! Mungkin karena tidak ada sepeda motor ya? Dan, di sini, orang-orang cenderung punya mobil pribadi yang otomatis, jadi memang irit banget dengan polusi. Saya ingat waktu di Bali.. saya kebanyakan alergi!! Sampe-sampe dokter vonis saya, ga boleh pake sabun kalo mandi (hihhhhh… enchi boleh ketawa), nyuci ga boleh pake detergen, ga boleh pake lotion untuk badan dan muka.. semuanya serba tidak boleh! Karena kulit saya 4 S (Super Sangat Sensitif Sekali!). Waktu saya tiba di Aussie, saya coba semua sabun, semua lotion, mencuci baju dengan deterjen asal-asalan saja, gonta-ganti merk (bukan pasangan ya..)  dan tau nggak? Kulit saya malah tambah kinclong disini….TANPA MASALAH!!! Hua hua hua hua.. saya sedih, ternyata Bali udah kena polusi yang mengakibatkan kerusakan pada kulit saya.. Saya sedih sekali…  (tersedu-sedu mode : ON)


Dan.. tidak terasa, setahun ini berlalu terlalu cepat bagi saya. Namun, kalau saya tidak kembali ke Bali, saya akan merindukan 1001 hal tentang Bali. Tidak ada yang seindah negeri sendiri walaupun mungkin hanya hujan batu (jangan dounk.. hujan uang aja.. hehe), Bali merupakan tempat saya melabuhkan seluruh harapan dan mewujudkan semua mimpi. Terima kasih Tuhan untuk semua waktu yang Kau ciptakan, Baliku - tunggu aku.. tiga puluh hari lagi…


Mullumbimby, home sick!

Saturday, November 21, 2009

Bintang..


"Jangan mau main sama Gek, dia dari keluarga ga bener."
Masih segar di ingatan kala saya memandang marah pada seorang Ibu yang menghentakkan genggaman tangan seorang teman dari tangan mungil saya. Teman saya bingung, dan menghambur ke pelukan ibunya. Mereka berlalu begitu saja di hadapan saya. Teman-teman lain yang berada di sekitar saya, langsung menghilang satu persatu. Maka dari itu, seorang Gek yang berumur 5 tahun, tidak pernah main ke tetangga sebelah rumah. Tidak pernah tahu siapa-siapa saja nama mereka. Karena mereka tidak menerima saya, hanya karena orang tua saya bercerai.
Berlanjut.. kisah ini berlanjut hingga berlarut-larut. Waktu zaman itu, memang kasus perceraian keluarga ada satu berbanding sejuta, apalagi di Bali. Jadinya saya dianggap alien oleh teman-teman saya, dari SD sampai SMA.. Ejekan, sejuta ejekan- bahan cemooh.. ah segala macam deh- hanya karena saya berbeda. Mereka anggap saya mungkin terlalu berbahaya untuk dijadikan teman, maka dari itu, teman saya memang sedikit sekali.. 4 orang teman dekat, itu sudah sangat banyak artinya untuk saya.
Waktu saya  kuliah juga seperti itu, saya tidak tahu cara mengatakan pada dunia bahwa saya normal. Mereka mengganggap saya berbeda – namun kok yang maju malah saya, bukan teman-teman saya.. Jadi saya malah berpikir balik, mereka hanya takut – atau mungkin malas untuk mencoba. Atau mungkin saya yang terlalu nekad – dan mereka anggap saya gila.. (tapi sumpah, saya ga gila!!!)
Kembali enam bulan yang lalu, saat saya membuat blog ini, saya tidak punya teman.. paling yang membaca reader setia saya a.k.a G atau yang mau dipanggil JIE sekarang(*geleng-geleng kepala)– yang selalu bilang, tulisan saya akan lebih indah kalau dituangkan dan dibaca orang banyak, bukan dia saja..  Dan.. kembali saya temukan dengan takjub, bahwa persahabatan di dunia maya ini luar biasa indah. Tanpa perlu berjabat tangan, tanpa perlu jemari bersentuhan, namun persahabatan itu terjalin begitu saja – seperti air yang mengalir di sungai hatiku.
Terima kasih untuk persahabatan bloggers yang indah layaknya bintang di langit.. tak dapat saya raih, tak bisa saya rasa, namun saya tahu kalian selalu ada di sana, menemani saya, membaca tulisan saya, dan menerima saya sebagai sahabat tanpa peduli siapa saya. (duh.. dalem…!)
Kepada sahabat baruku, Mas Seti@wan, terima kasih untuk rentetan award yang dihadiahkan untuk saya. Kado manis yang sangat indah untuk persahabatan kita! (Saya pasang yang belum saya punya ya Mas.. hehe)




Kedua award ini saya persembahkan kembali untuk dua sahabat saya yang setia menemani saya – dan memberikan inspirasi. Mereka adalah Pohonku (biar engga sendirian terus dan juga asupan tenaga untuk “menyepi..” hehe) dan Sabda (biar tambah bersinar cahayanya)  .Jadi…  tolong dijemput awardnya, ya!
Untuk bloggers sahabatku, jadilah bintang hatiku yang selalu bersinar! ;)


Unvirgin Angel

Sengaja buat judul agak seram, biar pada gelagapan langsung mampir ke blog saya.. (gotcha!) ;)

Umur Angel on Earth baru 6 bulan, setelah beberapa bulan kemarin ditelantarkan, sekarang mulai di perhatikan lagi.. eh baru dua minggu, sudah punya banyak sobat baru yang berkenan mampir, membaca, tulis komen, tukeran link, membagi info ini dan itu, memberikan ide, bahkan “tutorial live” oleh Enchi


Bersyukur? 

Luar biasa berterima kasih kepada Tuhan karena dikirimkan teman-teman dunia maya yang memberikan limpahan perhatian pada tulisan-tulisan narsis saya. Pada tulisan-tulisan yang mungkin cuma pelampiasan rasa di hati, atau sekedar lewat- karena memang sangat ingin menulis..

Yang membuat saya terkejut dan terharu adalah.. tanggal 18 November 09 kemaren, ternyata Angel on Earth sudah tidak virgin lagi dari award..! Serta merta mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya untuk Mbak Rini yang sudah bersedia membagi-bagi award pertama untuk Angel on Earth..



Ini lo awardnya, warnanya biru – pas banget sama background blog saya ini..


Sekalian mau memamerkan souvenir award dari Mbak Fanda


yang lagi ulang tahun kemarin.  ;) Terima kasih ya Mbak, semoga tambah sering mampir dan support Angel on Earth.

STOP PRESS!!!
Tambahan lagi, mumpung pas lagi memajang Award-award pertama.. Mbak Fanda ga nanggung-nanggung ngasi dua buah award lagi! Ini lo.. award persahabatan dari si Mbak.. :)

Saya suka banget yang "Heartfelt Blogger Award.." cantik! Yang kuning juga nice kok! hehe! :p
(TERIMA KASIH MBAK FANDA.....!!!!


(Lagi....) Terima kasih banyak sudah menghargai tulisan saya, sobat! Jangan bosan membaca tulisan saya, ya..  dan masih menunggu teman-teman yang mau berbagi atau memberi award…. (hehehehe)

Salam bloggers!