Saturday, October 23, 2010

"Ngopi" Undian



Siang itu saya kaget karena tiba-tiba saja suami saya nelfon di jam kerja. Bukannya apa-apa, saya paling engga seneng kalo ditelfon waktu jam kerja. Sms sih masih oke, dan itu bukan aturan baru di hidup saya. Makanya rada-rada malas ngangkat telfon dari suami.
“Halo”
“Gek, di rumah ada duit ga satu juta dua ratus?”
Busyett.. dah. Tanpa  basa-basi pertanyaannya langsung ke duit. Hihhhhhh..
“Buat apa?” bales saya dengan suara judes.
“Ini, aku menang undian dari kopi. Hadiahnya mobil grand livina!” sambungnya berapi-api.
Saya hanya menaikkan satu alis seperti biasa. Aneh. Ga ada firasat tuh, saya bakal menang atau apa.. gitu. (biasanya emang ga ada firasat apa-apa, tapi, aneh aja, saya merasa sangat aneh.)
“Ga ada duit” jawab saya tegas.
“masak sih ga ada??” balas suami saya ngotot. Karena dia selalu tahu, saya ga pernah “kosong”, selalu ada dana cadangan untuk apapun! (Thanks GOD!!!!)
“Ga ada, minta aja duit sama ibumu. Emang pake apa tuh duit?” jawab saya, tambah ketus.
“Ini, katanya buat biaya balik nama.”
“emangnya sudah ditelfon?”
“Sudah.”
“Ga ada duit. Aku lagi kerja.” Sambung saya, sambil menghela nafas.  “Kamu sudah cek apa belum sih? Itu beneran menang? Kopi apa? Paling juga penipuan!!!” gerutu saya.
“Beneran ini……! Aku sudah telepon kok ke perusahaannya!” suami ga kalah ngotot.
“Ya udah, aku ga ada duit. Minta orang lain aja.” Langsung telfon saya tutup.
Dalam hati saya berdoa semoga itu tidak benar. Karena ga masuk akal aja, saya ga pernah lihat iklan di TV tentang kopi yang suami saya sebutkan itu. Kesimpulan saya, itu murni penipuan!
Sore harinya, dengan wajah kuyu suami saya cerita.
“Iya nih, penipuan. Aku sudah telfon temenku. Katanya penipuan…. “
Saya hanya tersenyum sedikit, lebih percaya teman ya, daripada istri.. hihhhhhhh…
Dia menunjukkan sebuah kartu kecil yang berisi gambar sebuah mobil grand livina, lengkap dengan logo “HATI-HATI PENIPUAN” Hubungi nomer 021- xxxxxxx.
“Ya iyalah, penipuan!!!!” Semprot saya kesal. Karena saya sempat lihat di TV, kalau di bungkusnya itu langsung tertempel stiker hologram, jadi bukan seperti kartu-kartu gitu.
Syukurnya suami saya juga mencium gelagat engga beres, karena waktu dia menelfon ke nomer itu, malah dibalas oleh sms yang berkata.. “Maaf, masih sibuk. Hubungi di lain waktu” gedubraxxxx…!
Belum lagi kalimat yang diutarakan oleh si penipu, ketika akhirnya suami saya berhasil bicara dengan dia. “Nanti mobilnya kami kirim, Pak!”
Emangnya mobil bisa dikirim via paket pos kilat gitu??? *LOL!
Again guys… please be careful yak!

Wednesday, October 13, 2010

Pertiwi..


Prihatin, prihatin.
Saya sangat prihatin dengan bencana-bencana alam yang terjadi belakangan ini di hampir seluruh bagian Negara di dunia. Jangankan Indonesia, Negara lainnya seperti Bangladesh, China, Australia, tak kuasa juga menahan amukan alam yang marah.
Entah, marah, sedih, atau berduka. Yang jelas semua yang terlihat hanya penderitaan. Belum lagi bencana yang terjadi di Wasior, Papua Barat. Saya tidak pernah menyangka daerah yang sepertinya bebas bencana tersebut malah mendapat banjir bandang, yang saya saksikan di TV seperti tsunami kecil yang meluluhlantakkan sebuah wilayah tanpa ampun.
Selama ini kita selalu tidak perduli pada alam. Kita sebagai manusia selalu serakah, ingin mengeksploitasi alam sebesar-sebesarnya, demi mengeruk keuntungan yang tidak sebanding dengan pengorbanan yang alam lakukan untuk menjaga kita selama ini. Sudah dieksploitasi, dikeruk, dikotori.. sungguh air susu dibalas air tuba!
Apakah ini yang kita mau? Apakah kita belum puas melihat alam marah dan terluka karena ketidakpedulian kita?
Masih terpatri kalimat-kalimat yang sering dielu-elukan di televisi dalam benak saya.
Alam bukanlah sebuah warisan, namun sesuatu yang patut kita jaga untuk kelangsungan hidup kita sendiri.
Semoga tulisan singkat ini mampu menggugah hati kita masing-masing untuk lebih mencintai alam, lebih menghargai alam, dan menjaga alam agar mau tersenyum.. lagi. 

kulihat Ibu pertiwi.. sedang bersusah hati....

Friday, October 8, 2010

A little piece of... HypNooo..



“Apa? 500 ribu?” Saya spontan kaget mendengar nominal rupiah yang diucapkan teman saya, yang menganjurkan saya untuk mengikuti kelas Hypnobirthing.
“Mahal banget, mbak….” Cibir saya sambil menghela nafas, berat. Tentu saja berat. Uang gaji saya kan terbatas, tidak seperti sungai, walaupun peredarannya lebih heboh dari anak-anak sungai Kapuas. (lebay dot com)
“Gek, itu engga mahal! Kalo bidan yang ikut kelas itu saja, musti bayar satu setengah juta, tauu….” Ujar teman saya, memanas-manasi lagi..
“Perlu ga sih, mbak??” kejar saya lagi, sambil berpikir dalam-dalam, sedalam palung lautan.
“Perlu banget, Gek. Biar kamu tenang bersalin, dan proses lahiran juga lancar, mau normal kan?” ujarnya sambil memandang saya lekat-lekat.
Memang harus bercermin pada realita yang terjadi pada masyarakat belakangan ini, yang jauh memilih persalinan via meja operasi daripada normal. Saya pun jauh-jauh hari sudah bertekad untuk melahirkan secara normal.
N.O.R.M.A.L….!!!
Meskipun sebagian besar teman saya berbangga hati karena sukses mempunyai junior dengan proses operasi yang engga murah,,,
tunggu-tunggu.. saya bukan hanya bicara masalah biaya ya…
Syukur-syukur proses lahiran saya akan ditanggung oleh kantor. Jadi saya ga usah mikir tentang biaya – namun tentang kualitas sebuah persalinan itu sendiri.
Wanita mana sih yang engga punya rasa takut bersalin? Rasa takut itu pasti ada! Namun, bukan berarti kita menyerah,, engga banget deh!!!
Engga nyalahin juga, para wanita sudah terlanjur didoktrin oleh cerita-cerita buruk persalinan di masyarakat. Entah sakitnya jahitan episiotomi, entah sakitnya kala bukaan leher rahim, kontraksi, rasa lelah yang luar biasa… dan lain sebagainya… Namun yang perlu diingat adalah, itulah puncak penantian kebahagiaan kita selama 9 bulan lamanyaa…….Tentunya sakit itu ga akan sebanding dengan kebahagiaan yang kita peroleh saat mendengar suara tangisan bayi kita kelak..
Maka, dengan pasrah, saya pun menggunakan kartu debet saya untuk kelas Hypnobirthing beberapa waktu yang lalu.
Terus terang kalau saya beberkan di sini, waduh.. bisa-bisa sepuluh halaman juga ga selese bacanya.. hehehe..
Sebenarnya apa Hypnobirthing itu???
Menurut kutipan yang saya baca di buku, Hypnobirthing itu artinya seni dan keterampilan meningkatkan ketenangan pikiran sehingga ibu bisa bersalin dengan nyaman. Bukankah persalinan itu bersifat alami dan normal? Jadi momen persalinan itu patut dirayakan karena merupakan pengalaman indah bagi setiap ibu. (*panjang…)
Maka intinya adalah…. SEKALI LAGI….. Persalinan normal itu adalah proses yang paling alami, natural yang dijalani oleh wanita. Jadi seharusnya rasa khawatir, takut, dan stress itu dibuang jauh-jauh… Karena rasa-rasa itu sendiri yang akan menghambat proses kelahiran sang bayi.
Rasa sakit yang memang seharusnya dijalani itu, harus diterima dengan tenang, bukan ditolak. Semakin tubuh kita menolak, semakin sakit proses itu. Lain halnya kalau kita pasrah dan menerima, dan yang terpenting… tenang! Rasa sakit itu toh, hanya sebentar, engga selamanya.
Di kelas yang saya ikuti bersama suami, diberikan penjelasan panjang lebar kalau stress dan rasa takut itu yang akan menghambat kontraksi atau bukaan rahim. Jadi, proses persalinan yang normalnya 10 – 18 jam, akan molor menjadi sampai 24 jam! Engga banget kan!!!
Dalam kelas ini juga diajarkan tehnik-tehnik pernafasan dan relaksasi yang sangat penting dalam proses persalinan nanti. Di proses relaksasi tersebut, terapis memasukkan afirmasi-afirmasi positif di alam bawah sadar Ibu, seperti..
“Aku bisa melahirkan secara alami, lancar, dan normal.”
“Bayiku sehat dan sempurna.”
Dimana afirmasi-afirmasi positif ini harus dilatih terus menerus di rumah, lalu siapa terapisnya?
Tentu saja, sang suami, donk! : )
Di kelas ini juga diajarkan, apa yang suami bisa lakukan dalam proses persalinan, jadi ga hanya bengong, nelangsa, ato malah ikutan panik.  Kelas yang berlangsung selama tiga hari itu, ternyata  membuka mata dan hati suami saya, lo! Setelah kelas itu, suami saya menjadi jauh lebih perhatian dan lebih rajin menyapa dan berkomunikasi dengan buah hati kami yang masih bergeliat-geliat tanpa henti dalam rahim saya.
Memasuki usia kehamilan di minggu ke 33 ini, saya merasa jauh lebih relaks dan tetap bersabar menunggu momen terpenting dalam hidup saya.
Saya percaya, proses persalinan saya pasti berjalan dengan lancar, normal, alami, dan menyenangkan. Juga, saya pasti akan melahirkan bayi yang sehat sempurna, lucu, dan cerdas… Astungkara!
Doakan ya teman-teman. : )

Saturday, October 2, 2010

Jampi - Jampi...!



Prolog :
Aku biasanya tak mudah jatuh cinta pada sesuatu.
Tidaklah juga semudah membalikkan telapak tangan untuk mencuri hatiku.
Kau harus punya sesuatu…
Dan,
Aku tak kuasa menahan rasa cintaku padanya,
Aku terpesona mata beningnya,
Kelembutannya, kemanjaannya, dan keceriannya.
Semua berjalan seperti sungai bening yang terus menyuburkan bunga di hati,
Sampai hari itu,…..
-------
“Broni hilang, yank”
Ujar suamiku, sambil mengambil tas laptopku yang berat. Entah kenapa tas hitam silver itu selalu berat, namun aku masih saja memakainya, sehingga lecet bahu ini tanpa terasa.
Aku tidak menanggapi ucapan suamiku itu, namun untaian rantai yang nelangsa begitu saja di garasi mobilku membuat senyumku kabur, padahal hari itu, baru saja mentari menampakkan wajahnya setelah hujan tanpa henti.
“Cari Broni!” ujarku pendek, sesaat sebelum suamiku mencium bibirku di dalam mobil saat tiba di kantor.
Pria gondrong itu melengos, “cari kemana, yank?”
“kemana aja, pokoknya aku mau Broni!” ujarku sambil menutup kasar si hitam dan membiarkan suamiku berlalu tanpa membalas lagi kalimat terakhirku.
**
Sore itu, kelelahan menyergap begitu saja. Biasanya saat palang coklat muda itu terbuka, aku akan melihat ekornya yang berkibasan bagai sayap merak. Walaupun aku harus hati-hati agar bulunya yang ringkih bagai salju itu tak serta merta kuhirup dalam nafas.
Biasanya, lelahku akan hilang melihat sinar mata manjanya yang ingin disentuh dan ingin dibelai saat itu juga. Atau, hanya sekedar menyentuh hidungnya yang basah dan sedikit bau, karena baru saja suamiku memberinya  makan.
Akan tetapi, ada yang lain yang menyambutku sore itu. Suamiku membawakan penjaga yang lain, lebih kecil dari Broni, dan aku tidak melihat sinar mata bening itu…. Tidak seperti broni, bukan Broni!
Dengan tergesa aku melewatinya, aku tidak mau kaki-kaki kecilnya itu mengotori baju kerjaku. Aku juga tidak mau sekedar menyapanya, karena yang aku mau, bukan dia!
“aku sudah cari kemana-mana, yank.” Kalimat pembelaan suamiku, telah dimulai.
“tetangga bilang, pastilah dia sudah ditangkap dan dijual orang. Atau dimasak jadi sate!”
Aku menutup telingaku, tanpa mendengarkan kalimat-kalimat negatif yang diucapkan suamiku. Memang di daerah tempatku tinggal terlalu banyak ada kejadian anjing hilang, dicuri atau dibuat RW , ya itu.. sate anjing!
“Dia pasti pulang.” Ucapku.
“Kamu yakin bener, yank?” balas suamiku.
“Iya, karena dia sudah kujampi-jampi!!!” balasku tak kalah semangat.
“Jampi-jampi??” suamiku melongo.
**
Pukul 1.15 dini hari..
Bunyi suara anjing begitu mengganggu tidurku, kubangunkan paksa suamiku untuk mengintip ke luar jendela, apa gerangan yang terjadi.
Dengan malas, suamiku beranjak bangun dari tempat tidur, dan mengintip ke luar jendela, menit kemudian yang kudengar hanyalah kepanikannya. Memakai baju dan celana, mencari kunci di sudut-sudut lemarinya, mengambil senter, dan berteriak.. “Broni pulang, yank!”
Mataku terbuka sepenuhnya dan aku bangun, membuka jendelaku dan melihat suamiku yang dengan susah payah merantai Broni di garasi kami. Broni seakan tak peduli dengan keluh kesah suamiku dini hari itu. Yang ia tau hanya mengendus piring makannya yang sudah dipenuhi oleh semut-semut yang kelaparan sejak sore tadi. Yang ia tahu hanya menghabiskan jatah makanannya hari itu.
Tak terasa aku tersenyum, menarik garis bibirku yang kaku, karena seharian ia tak melengkung karena memikirkan Broni.
“Jampi-jampimu hebat sekali, yank. Pakai mantra apa sih?” tanya suamiku yang kelelahan karena akhirnya berhasil merantai Broni.
Aku hanya tersenyum, masih mengintip mahluk manis yang tersenyum dengan matanya padaku melalui jendela kamar.
Ku pandangi suamiku sambil menunjukkan pelipisku ke arahnya.
“Semua itu berasal dari pikiran. Apa yang kau pikirkan, itulah yang akan terjadi.. “
Suamiku hanya tersenyum dan terlelap dalam hitungan detik.
____
Epilog :
Tit.. tit…
Pria tua itu membaca sms dini hari yang masuk di handphone baru yang dibelikan oleh kekasihnya. Ia membaca sekilas tulisan yang padat dan singkat.
“Tolong anjing jangan dilepas”
Ia melihat mahluk putih yang bulu-bulunya mulai membuatnya bersin lagi. Namun, ia tak punya pilihan, selain mengetik sms balasan,
“ok”