Sunday, January 31, 2010

Setelan Jas Hitam


Sebelum memulai postingan ini, saya ingin bertanya bagi para readers, apa pendapat kalian apabila kalian melihat orang menggunakan setelan jas hitam?
Kalau menurut saya sih, pasti terlihat elegan, mewah, dan terkesan sangat berpendidikan. Setelan jas hitam ini sekarang sedang populer digunakan oleh profesi yang juga “selalu” naik daun di Indonesia, yaitu, pengacara!

Coba, saya ingin tahu, seberapa banyak Black Community di Bali atau di Indonesia yang memilih jurusan hukum waktu belajar di universitas?  (sepertinya banyak yang angkat tangan neh… : ) )
Waktu saya SMA dulu, hampir 80 persen dari teman saya memilih jurusan hukum! Itu ‘sih, hak mereka sepenuhnya, tetapi tidak adil juga kalau teman-teman saya malah tertawa terbahak-bahak ketika saya mengatakan, saya memilih jurusan untuk menjadi guru. Mereka mengatakan saya kampungan dan menyia-nyiakan bakat saya. Lah, saya yang bingung. Teman-teman saya memilih jurusan MIPA waktu SMA, lalu setelah lulus SMA ramai-ramai memilih jurusan  hukum, hanya karena ikut-ikutan saja? Masa depan ‘kok ikut-ikutan teman, memangnya teman yang menjamin masa depan kita?
Saya jadi ingat bertemu dengan teman pria- teman SMA saya dulu, pada pembukaan cabang toko roti terkenal di Denpasar Junction malam minggu lalu. Nama panggilannya Komang, Penampilannya jelas mencolok, bersetelan jas hitam dengan rambut licin, terlihat mencuat bungkus rokok Djarum Black di saku jas nya. Di saku kemeja putihnya, tersembul Blackberry keluaran terbaru. Wuih.. saya sampai pangling!
Kami duduk bersebelahan dan menikmati kopi latte kesukaan saya. Saya menanyakan profesinya sekarang, dan dengan gamblang dia mengatakan dia sudah menjadi seorang pengacara. Saya pun jadi iseng bertanya, “Wah, kalau jadi pengacara musti pakai setelan jas hitam, meskipun malam minggu yak?”
“Yah, kan sudah seharusnya aku berpenampilan professional, kalau tidak begitu sepi order!” Loh… saya jadi terkejut mendengar kalimatnya itu. Secara tidak langsung Komang juga bercerita tentang gaya hidup mewahnya sekarang. Musti naik mobil mewah, facial wajah, ke salon kecantikan.. aih.. secara dia cowok gitu loh! Belum lagi semua kegiatan itu harus merogoh kocek yang sangat-sangat-sangat dalam bagi dia, pake acara pinjam duit ke Bank segala!!!
Mirisnya, hanya untuk memenuhi tuntutan publik, belum tentu ia mendapat klien yang sesuai- maksud sesuai, adalah klien yang mampu membayarnya mahal! Saya malah jadi punya perasaan tidak enak, apabila dia sampai jadi “mafia hukum”, yaitu orang-orang yang bergerak di bidang hukum, membela yang salah apabila bayaran mencukupi- dan mencekik kebenaran yang sejati hanya karena kebutuhan hidup yang tidak riil dan nafsu duniawi yang mengalahkan nurani.
“Seharusnya, kamu belajar prihatin sedikit, Mang..” ujar saya sambil menyantap donat gula kesukaan saya.
“Prihatin?” ujar Komang heran sambil mengerutkan alisnya.
“Tidak usahlah memaksakan kehidupan bergaya mewah, toleh kenyataan. Lihat keadaan di bawah Mang, jangan melihat ke atas terus.. kamu tidak akan pernah puas.” Ujar saya sambil mengaduk kopi saya yang sebenarnya sudah tanpa gula.
Pria baya itu menghisap rokok Djarum Black Menthol nya dalam-dalam sebelum menanggapi kalimat saya – sampai rokok pun, dia pilih yang benar-benar memiliki kualitas dan nama yang berkelas di masyarakat. Padahal seingat saya, dulu saya sering pergoki dia melinting sendiri rokoknya dari tembakau yang ia beli di pasar. Sungguh berubah.  
“Kehidupan mewah itu hanya untuk eksistansi sekaligus popularitas saya, Gek. Saya mau publik melihat, bahwa saya benar-benar pengacara bonafide yang serius membela klien-klien saya.” Ujarnya tenang.
“Tapi Mang, kalau kamu adalah pengacara handal dan berkualitas, aku percaya, para klien akan datang dengan sendirinya, untuk memakai jasamu, bukan kemewahanmu.” Protes saya.
Komang hanya tersenyum simpul mendengar protes saya, sambil memegang bahu saya, dia hanya berkata, “Sudahlah Gek, sudah terlanjur.” Mungkin tak tahan dengan perkataan saya, beberapa menit kemudian, diapun melenggang dengan alasan ada kasus yang harus ia selesaikan malam itu juga.
Saya masih duduk dan menyeruput sisa-sisa kopi latte saya, berharap keberadaan Komang dan para pengacara lainnya di seluruh Indonesia mampu memperbaiki keadaan hukum yang sedang karut-marut di Negara kita ini ya…
Semoga!
 - Gek -

Friday, January 29, 2010

Capek!


Iya. Saya capek.
Teman saya langsung geleng-geleng kepala sambil ketawain saya.
“Kamu, semenjak pulang dari Aussie, bukannya seneng.. gembira gitu.. adanya malah manyun mlulu..ngeluh melulu.. capek dengernya tau!” semprotnya terang-terangan. Yah, namanya juga teman dekat plus teman kerja, dia bisa mengomentari saya seenaknya.
Dari rambut kriwil-kriwil saya yang (MASIH…) digosipin seantero kantor, jiah.. jadi ngenes gitu dengernya.
“Kok bisa ya, si Gek itu sempat-sempatnya ngeritingin rambutnya, padahal dia jam tujuh pagi udah di kantor!” kata salah satu staff yang terang-terangan gosipin saya, di depan telinga saya yang belum budek.
Mumpung di TKP saya langsung semprot pake selang air.. (berlebihan, ah..) “Adoh.. boro-boro ngeritingin, sisiran aja ga sempat…!” Padahal rambut saya ini, Cuma saya kasih conditioner leave on, swear samber gledek! Kalo efeknya jadi kriwil-kriwil.. yah.. meneketehe!
Di satu siang, sempat juga disamperin mantan bos, yang sampe sekarang masih serem aja kalo diajak ngomong. Dia kurang luwes bergaul dengan staf, engga fleksibel juga, tapi entah, mengapa dia mengakrabkan diri dengan saya..
“Eh Gek, kok tambah pucet aja ya.. dan batuk-pilek nya belum ilang juga..?”
GLEK!
Saya sampe heran, kok semua orang sepertinya memperhatikan saya dengan mikroskop, sehingga bagian terkecil dari saya yang sudah mungil ini, tak terlewatkan, ck ck ck ck ….
“Eh, iya nih Mbak.. karena ternyata mengajar pagi itu, jauh lebih capek dari mengajar malam.” Ucap saya ceplas ceplos. Bukannya ngeluh, tapi kan membeberkan fakta!
Langsung juga saya tambahkan info, gimana saya musti pagi-pagi bangun untuk sampai di kantor jam 7 pagi, mengajar 4 jam dari jam 8 pagi, baru break jam 1 siang.. itupun, musti ngoyo lagi, buat persiapan 4 jam selanjutnya untuk keesokan harinya.. Gimana ga tepar??
Si bos Cuma manggut-manggut penuh arti, sambil tanya balik, “Emang bedanya ama ngajar malem apa?”
“Yah, beda lah Mbak, kalo ngajar malem, baru datang fresh, siapkan materi, lalu mengajar, habis mengajar pulang deh.. tidur di rumah, recharge energy.  Ga kerasa capek. “ ujar saya lancar.
Beliau ga tanya banyak lagi, dan melengos gitu aja di belakang punggung saya tanpa komentar.
Uhmm.. saya yang jadi bertanya-tanya. Ada yang salah ga yak??
Akhirnya, biar ga terus-terusan kecapean, saya coba minum vitamin. Lumayan juga ada dopping penambah semangat sampe sore. Sampai minggu lalu, papasan sama si bos di ruang fotokopi, saat waktu menunjukkan pukul 4.30 (seharusnya saya sudah pulang, donk! Tapi apa boleh buat.. persiapan belum kelar! L)
“Loh, Gek, jam segini belum pulang, pantes aja kamu capek…!” celetuknya polos di depan semua guru yang sontak memandangi saya.
GLEK! (Lagi…)
“Ah, iya.. Mbak, belum selesai persiapan untuk besok.” Ujar saya santai sambil lalu, menyembunyikan jenggot saya yang kebakaran.. (sok punya jenggot aja, ah!)
“Oh.. itu ya.. yang bikin capek, lain kali pulang lebih cepat aja, Gek. Biar ga capek..” iyahhh.. dilanjutin pula! (T.T) huhuhuhu.. menangis darah guling-guling.
BLETAK..!
Serasa dijitak bertubi-tubi denger omongan si Bos itu. Sampai saya bertanya-tanya,
“Salahkah aku, kalau hanya berkata capek???”
Pagi ini pun, di depan komputer kantor, saya disapa oleh salah satu rekan guru yang mengaku capek luar biasa kalo ngajar dengan system yang saya jalanin sekarang. Dia malah mengaku, kerjaan pasti di bawa pulang, karena saking capek dan mumetnya di kantor..
Nah lo!
It's all done, Boss!
Saya jadi sedikit merasa lebih hebat.. (ahem!), karena bisa memaksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaan kantor di tempat – dan engga di bawa pulang!
Akhirnya, saya pun berkesimpulan…. ternyata lebih baik hanya bilang “Saya Capek” dengan pekerjaan beres dan murid-murid yang puas belajar, daripada senyam senyum sok kuat tetapi kerjaan ga selesai, sobat…!
Catet!

Saturday, January 23, 2010

Undangan HITAM



Dalam sekali lihat saja, kau pasti akan jatuh cinta pada gadis itu. Rambutnya hitam panjang dan tebal, bibirnya merah delima – hanya dipulas lipgloss tipis. Matanya besar dan bersinar, menandakan semangat hidup yang tak pernah padam, kulitnya bersih, dan lesung pipitnya itu bertengger dengan manis di kedua pipinya. Nama gadis itu, Anggreni, seorang gadis Bali yang mencuri hatiku dari awal pertemuan.. dan dengan bangga aku akan perkenalkan diriku, Budiana, calon suaminya.
Banyak lho perjuanganku untuk mendapatkan cintanya. Dia memang tidak meminta aku membawa mobilku untuk menjemputnya, atau membelikannya baju, layaknya wanita-wanita yang biasa kupacari dulu. Dia pun terkadang marah kalau aku bayari makan malamnya. Namun, untungnya dia mengerti, seorang sikap pria jantan haruslah bisa membuat wanitanya nyaman dan selalu terlindungi.
Pintanya yang sungguh susah untukku adalah untuk meninggalkan Djarum Black Menthol kesukaanku. Biasanya aku bisa menghabiskan dua bungkus rokok Djarum Black setiap hari. Entah itu, Djarum Black Menthol, atau Djarum Black Slimz, hembusan asap tembakau itu begitu menusuk di otak, membuatku tenang. Namun, candu cinta gadis itu, mampu mengalahkan segalanya.
Iya.
Aku berhenti merokok, demi seorang Anggreni, gadis belahan jiwaku itu. Walaupun, terkadang, aku masih mencuri-curi untuk merokok, satu-dua batang. Syukurnya dia mampu menerima saat aku jujur mengatakan hal itu padanya. Dia berpendidikan sarjana, tentu ia tahu, berhenti merokok harus perlahan dan perlu proses.
Belum selesai menyanggupi permintaan ini, ada lagi permintaanya yang mampu mengubah seluruh duniaku. Dia minta aku untuk selalu tepat waktu. Ah! Permintaan yang tidak masuk akal.
“Tidak masuk akal? Itu permintaan yang paling mudah Budiana.” Ujarnya sambil mengelus tanganku lembut. Duh, kulitnya yang lembut menyentuhku itu, membuat lidahku kelu untuk berkata tidak.
Aku memandangnya lurus ke dalam bola mata coklat kehitaman itu. Masih bersinar seperti aku melihatnya dua tahun yang lalu, dan aku mulai berkata,
“Anggreni, beri aku waktu dulu,ya.”
Dia hanya mengerlingkan matanya manja, memintaku memberi penjelasan.
“Sayang,..” ucapku sambil menariknya ke pelukanku. 
“Kau tahu sendiri, rumahmu di Kuta, mana mungkin aku bisa tepat waktu?”
“Aku harus berpacu dengan turis-turis itu yang membawa papan selancar, harus berjuang dengan mobil-mobil taksi yang selalu membunyikan bel yang memekakkan telinga, harus ….” Bibirku berhenti mengeluarkan kata-kata keluhan, karena bibir merah delima kekasihku itu begitu lembut mengecupku.
“Hei.. “ ucapku sambil menggengam tangannya sebelum ia beranjak dari pelukanku. Gadis itu terdiam, masih membuat athmosphere di sekitarku penuh dengan wangi rambutnya.
“Menikahlah denganku, cinta..” ujarku sambil berlutut mengecup jemari tangannya lembut. Gadis itu terbelalak dengan mata cantiknya itu. Dia tidak berkata apa-apa, hanya menarik tanganku untuk memelukanya. Pelukan erat kami di pinggir pantai Kuta malam itu seakan menghentikan poros bumi yang senantiasa berputar.
***
Anggreni berulang  kali melihat jam tangannya. Siang itu, seharusnya calon suaminya sudah menjemputnya untuk membayar undangan pernikahan mereka yang sudah rampung. Di dalam gelisah ia sempat mengingat percakapan antara dia, Budiana, dan pembuat undangan tersebut.
“Maaf Mbak, tidak ada undangan yang berwarna putih. Kami kehabisan bahan. Bulan ini terlalu banyak yang menikah.. “
Gadis itu menghela nafas kecewa dan melirik ke arah Budiana.
“Kalau begitu, warna apa saja yang ada Mas?” kata Budiana, mencoba tenang, walau ia bisa merasakan aura kekecewaan Anggreni.
“Ada yang coklat muda dan yang hitam saja, Mas.” Ujarnya.
Anggreni tidak mau berkata lagi, karena kedua warna itu malah tidak mencerminkan sinar matanya, yang hari itu, kulihat meredup untuk kali pertama.
Kami pun sepakat memilih warna hitam, karena akan terlihat lebih elegan daripada warna coklat muda. Walaupun, Anggreni terlihat sedih karenanya, dia berkata,
“Semoga undangan hitam ini, tidak mencerminkan pernikahan kita nanti ya…”
Aku menggenggam jemarinya lembut, “tidak akan, sayang.”
Kami memang mencetak undangan yang cukup banyak, karena keluarga kami pun sangat besar. Ayahku sendiri bersaudara 12, sedangkan Ayah Anggreni bersaudara 7. Belum lagi dari pihak ibu kami, dan teman-teman kami.
Anggreni mempercayakanku untuk menarik uang undangan itu, di Bank tempat kami menabung. Agar tepat waktu, aku memutuskan untuk menarik uang via ATM saja.
Namun siang itu, aku melongo melihat saldo uang kami yang hanya bersisa puluhan ribu, dari angka puluhan juta, tabungan untuk pernikahan kami. Aku menendang mesin ATM itu berulang kali, memasukkan kartu ku berulang kali, namun tidak ada perubahan pada saldo kami.
Aku seolah tak punya nyawa untuk menemui calon istriku itu. Aku terdiam di depan pintu ATM, melihat beberapa nasabah yang wajahnya berubah pucat pasi melihat uangnya raib.
Walaupun aku akhirnya, menemui Anggreni dengan tangan hampa. Dalam kegelisahan matanya, aku tahu masih ada cinta untukku saat kujelaskan duduk persoalannya.
“Budi, aku kan sudah bilang, untuk selalu memasukkan ulang kartu ATM mu, dan menekan pin yang berbeda. Agar data-datamu sebelumnya terhapus..“ ujarnya dengan suara tertahan.
“Aku sudah ingatkan kamu, untuk selalu memperhatikan skimmer ATM di mana pun kamu menarik ATM, sayang!”  Aku tak sanggup menatapnya. Ia memang sudah selalu memperingatkanku akan hal itu, namun aku tak pernah percaya.
“Aku sering bilang, jangan menarik ATM di tempat sepi, pilih yang ada di dalam Bank, sehingga ada securitynya, berapa kali aku harus katakan agar kamu percaya?” hardiknya.
Itu kali pertama gadis itu marah kepadaku. Aku sadar sepenuhnya itu kesalahanku dan para hacker yang tidak bermoral dan yang tidak berhati nurani itu, telah membuat calon istriku menangis.
Aku mengamit jemarinya, mengajaknya untuk menyelesaikan permasalahan ini ke kantor polisi dan ke Bank tempat kami menabung.
Biarlah hanya undangan kami yang berwarna hitam, jangan sampai hitam itu menodai cinta kami yang ingin bersatu.
_________
Para Black Community pengguna ATM yang ada di Bali, atau di seluruh Indonesia, tetap waspada dan berhati-hati ya..

-Gek-


Tuesday, January 19, 2010

Take Me Out?




Pertama kali melihat iklan acara “Take Him Out” Indonesia, saya sempat bertanya-tanya. Ini acara apa sih? Sepupu saya yang SMA langsung nyeletuk, “itu lo Mbak.. cuma acara milih-milih cewek, plus matiin lampu.” Nah lo. Bingung lah saya, dan totally not understand. Maklum, hobi saya memang bukan nonton TV, ditambah lagi, baru beberapa minggu sampai di tanah air tercinta, jelas aja ga mudeng!
Ternyata-eh-ternyata, acara ini malah jadi acara rutin pertama saya, yang saya tonton tiap minggu malam bersama ayah di rumah. (gayanya “tiap Minggu malam.. padahal, baru dua kali saya tonton!!) Satu-satunya acara di mana, saya engga ngomel karena ayah saya hobi mengganti saluran TV setiap 5 detik, acara di mana saya dan ayah saya bisa ketawa bareng, komen bareng, dan nebak-nebak bareng, seru juga. Haha.
Mungkin sedikit monoton buat ayah saya yang (mungkin) terpaksa menahan saluran TV nya di saluran TV swasta itu, biar saya mau duduk bareng, menghabiskan waktu dengan beliau. Yah, mo gemana lagi, kalau hari kerja, saya ga bakal pernah ada di rumah. Lebih dari setengah hari saya habiskan di kantor, sisanya dengan pacar saya, ahem!
Oke, balik lagi ke acara TV.. hehehe. Kadang-kadang saya heran dengan pesertanya, karena masih muda-muda gitu.. umur 21 tahun, sudah ikutan acara itu, coba?!
“Masak sih, ga ada cowok yang mau sama cewek secantik itu, Pa?” Ujar saya malam ini waktu nonton bareng.
Lah, lingkungan kerja itu berpengaruh. Kalau terlalu sibuk, dan lingkungan kerja tidak mendukung, apalagi hanya kerja dalam ruangan, bagaimana caranya bisa bertemu orang, apalagi punya pacar..” sahut ayah saya, tanpa berpikir.
Saya cuman bisa manggut-manggut, bener juga ye.. pinter juga nih, ayah saya.. hehehe.
Kadang-kadang saya ketawa sampe sakit perut mendengar celetukan ayah saya, yang dibilang-bilang “Gus Dur” nya keluarga.
“Apa sih, cewek cantik kok dibilang lucu, apa tuh lucu, dari mana tuh lucunya? Bilang aja, cantik, manis, gitu aja koq repot!”
Nah, ternyata-eh-ternyata lagi.. saya baru tahu, kalau ayah saya itu, ada bakat perayu wanita, dikit.. hahaha.. contohnya waktu dia review (apaan coba review??!) pendapat para pria single tentang wanita-wanita single itu.
“Coba deh, pasti wanita yang ditaksir itu, wanita yang cantik, manis, imut, lucu, punya lesung pipit, mungil…”  kata ayah saya serius, sambil mempermainkan jemarinya, kayak ngitung anak kucing yang udah sering nyuri lauk saya saban hari..
“Trus.. apa lagi, Pa?” tanya saya seadanya.
“Engga sih, Papa cuman mau bilang aja, kamu ndak usah ikutan acara itu, semua kriteria wanita yang diinginkan para pria single itu, kan udah ada di kamu?” sahutnya enteng.
Jiahhhh.. kok bisa-bisanya ayah saya buat saya GR… (yang menggagalkan usaha saya untuk menurunkan stadium kenarsisan saya yang sudah akut.)
Untuk menutupi ke-GR-an saya itu.. saya langsung balas…
“Lagian, sapa pula yang mau ikutan acara itu, Pa? Gek kan udah punya pacar?!”
Gantian ayah saya yang ketawa, dan nyeletuk,
Sapa tau…, pengen punya pacar lagi..
GEDUBRAXXXX!!!

Sunday, January 17, 2010

Merindukanmu...


Kemarin sempet mampir ke tempat Neng Itik yang membahas tentang Anonim di blognya, jadi pengen nulis sesuatu.. hehe. Syukurnya sih, di Blog Gek, engga sering ada yang anonim, karena pastinya buat penasaran banget yak?
Gek punya satu anonim aja. Sebenarnya bukan anonim, tapi “beliau” (ehm!) engga mau ngetop katanya. Dulu, si anonim ini, punya blog, dan gek selalu nunggu-nunggu postingannya. Sampai akhirnya, blog itu, dia hapus, dengan alasan males nulis.. *jitak! Engga banget ye.. alasannya??
Dan.. sebenarnya, saya kenal baik mah sama anonim saya, malah bisa dibilang, dialah cikal bakal blog saya.. dari sepi ga ada orang, dari yang baca cuma dia dan Mbak Fanny , sampai blog ini dapat hadiah PR 2 dari Mbah Google.. sampai blog ini banyak punya Angel’s Lovers huhuhu.. (terharu mode : on)
Waktu saya masih di negeri orang, bisa chatting – skype – sampai webcam sama anonim ini, loh! Dia banyak juga kasi masukan dan dukungan untuk tulisan saya dan blog ini lewat facebook atau kaskus! Hobinya banget tuh.. karena dia technology freak!
Belakangan, dia menghilang.

..
.
Selayak tulisan tanpa noktah, tanpa koma, dan tanda seru. Hampa blog saya ini tanpa komennya. Padahal sengaja postingan dibuat lama dan berjarak hampir seminggu sekali.. Namun, kunjungan terakhirnya hanya pada saat Natal tahun lalu.
Saya sempat dengar, kalau keluarganya sedang ada masalah, dan pasti dia kecipratan juga lah.. FB saya pun sudah jarang dia kunjungi, tanpa YM, apalagi Skype..
Hm…


Saya harap dia baik-baik saja dan semakin sibuk (sama seperti saya).
Bagaimanapun juga, saya rindu orang yang berlangganan “Koran” saya. Rindu akan pertanyaan judesnya..
“Koran loe ga terbit hari ini???
___
Dedicated to : Jie

Thursday, January 14, 2010

Bulan Hitam


Rintikan hujan sudah mulai kerap menyambangi pulau Bali tercinta, menghembuskan aura nafas-nafas kesejukan yang membuai tidur di setiap malam. Membuatku terpana saat tengah hari, menjadi penonton hujan yang sedang menciumi pucuk-pucuk rerumputan yang semakin hijau dan panjang. Namun, hari ini, suara hujan tidak sendiri. Ia bersaing dengan suara mantra yang berkumandang dengan lantang dari pengeras suara sederhana yang diletakkan di sudut pura desa.
Pengeras suara itu hanya satu di setiap pura desa, namun gaungnya terdengar di seluruh penjuru mata angin, layaknya asap rokok Djarum Black Menthol yang dihembuskan oleh siswaku yang sedang beristirahat setelah 4 jam belajar dan berkutat di kelas bahasa Indonesia yang cukup membuat otaknya serasa diracun, begitu ucapnya.
Tak perduli hujan, tak jua perduli macet atau banjir, kelasku selalu penuh. Murid-muridku selalu datang tepat waktu dan selalu membuat tugas. Tak pernah bandel atau ribut, semua belajar sungguh-sungguh, sampai suara mantra itu menelusup masuk ke kelas kami siang itu.
Semuanya hening dan menunggu penjelasanku, guru mereka. Aku meletakkan kalender Baliku di hadapan mereka. Mereka tertegun, karena kalender Bali begitu penuh variasi dan simbol. Ada tanggal merah – seperti tanggalan biasa, ada lingkaran merah, ada bulatan hitam dan merah, siswaku bingung dan mulai menanyaiku ini dan itu.


Sasih Kapitu – begitu tulisan yang mereka baca pada bulatan hitam di kalender Baliku. Para Black Community yang tinggal di Bali, pastinya tahu, apa yang istimewa dalam Sasih Kapitu itu. Sasih Kapitu atau bulan ketujuh dalam bahasa Indonesia disebut juga Malam Siwa Ratri oleh umat Hindu di Bali.
Bulatan hitam itu sendiri, artinya bulan hitam atau bulan mati – yang dalam bahasa Bali disebut “Tilem”. Kebetulan Tilem Sasih Kapitu itu sendiri jatuh pada tanggal 15 Januari 2010, besok.
“Apa istimewanya bulan hitam dan Malam Siwa Ratri itu sendiri, Bu?” tanya salah satu siswaku. Siswa yang lain menopang dagu, menutup folder mereka, sepertinya sudah tidak tertarik lagi akan pelajaran tata bahasa yang kuajarkan.
Sasih kapitu yang selalu dirayakan oleh umat Hindu, adalah malam tergelap di mana bulan pun enggan muncul. Malam Siwa Ratri adalah Malam pemujaan Dewa Siwa, yaitu salah satu Dewa terpenting dalam Tri Murti. Para umat Hindu pun dianjurkan untuk terjaga semalam suntuk sambil bermeditasi, beryoga, melakukan perenungan dan instrospeksi diri, atau beribadah di pura dan di rumah masing-masing. Sebelumnya pun, mereka juga dianjurkan untuk berpuasa. Dipercaya, pada malam ini, apabila umat mampu melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, dosa mereka akan dihapuskan.
“Loh, kok bisa?” Tanya muridku yang satunya. Maklum, genetika orang barat selalu lebih cerewet, lebih kritis, dan lebih tajam dalam bertanya. Untuk menjadi guru mereka, harus menyiapkan tenaga ekstra demi memuaskan dahaga keingintahuan mereka.
Akhirnya, cerita di balik perayaan Siwa Ratri ini terungkap juga di kelas Bahasa Indonesiaku, yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan silabus pembelajaran mereka.  Di awali dengan perjalanan seorang pemburu bernama Lubdhaka yang belum juga mendapatkan buruan semenjak pagi hingga malam. Tak terasa, hutan pun telah dirambah sejauh kakinya melangkah dan senjapun merayap dan tanpa ia sadari, malam sudah memeluknya erat.
Pemburu itu sadar takkan bisa pulang, malam itu Sasih Kapitu, malam tergelap, dan Ia takut tersesat. Pohon Bila terbesar dipilihnya untuk beristirahat, namun memejamkan mata pun ia tak mampu, karena rasa takutnya akan dimakan binatang buas yang ada di hutan. Maka, dihabiskanlah waktunya untuk memetik daun pohon bila satu persatu sepanjang malam agar matanya tidak terpejam, dan hal itu dilakukannya hingga fajar menyingsing.
Sang pemburu tidak pernah tahu bahwa jumlah daun yang ia petik adalah 108 dan kebetulan juga di bawah pohon Bila itu, tersebutlah Lingga Dewa Siwa. Lantas Dewa Siwa memutuskan untuk menghapus seluruh dosa pemburu itu, karena Beliau menganggap ke 108 daun Bila itu adalah wujud ketulusan hati si Lubdhaka. Maka hari itu, sampai sekarang tetap diperingati oleh umat hindu di Bali maupun di India sebagai Malam Siwa Ratri atau malam penebusan dosa.
Wajah murid-murid bule yang sedikit mengantuk langsung bersemangat dan berujar lantang pada saya,
“Bu, kami mau ikut begadang semalam suntuk, biar ga punya dosa!” ujar mereka polos.
______

Selamat Merayakan Hari Siwa Ratri bagi teman-teman bloggers Hindu yang merayakan. Semoga begadangnya bisa semalam suntuk ya..
Salam Black in News. :)
-Gek-

Sunday, January 10, 2010

Cerita Minggu Pagi

".....Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota.. naik delman istimewa ku duduk di muka.. "

Haha.. engga ada delman lagi oi di Denpasar.. masih ada sih, tapi jarang banget keliatan, mungkin musti nunggu bintang.. eh meteor jatuh kale.. Tapi, semalam.. hujan deras turun sepanjang malam sampai pagi hari. Jadinya, tidur saya - yang sudah dicekokin obat flu jadi semakin lelap.. malah mengakibatkan bangun kepagian.. walah.. ga normal! hahahahha!

Karena ga bisa tidur lagi, pacar saya jadi korban deh! Saya telfon aja, minta dianterin beli nasi kuning. Pacar saya malah bilang, "sudah, aku belikan aja deh..." Tapi saya maksa, biar beli berdua, sok romantis pagi-pagi, abis malam minggu kemaren ga dapat jalan-jalan karena ujan!

Akhirnyaa.. saya dijemput dan kami berdua naik motor deh ke Pasar Kreneng untuk beli nasi kuning. Pasar Kreneng?? Iya, Pasar itu jaraknya 15 menit naik sepeda motor, kenapa musti beli disitu? Karena Nasi Kuningnya paling enak se du-du-dunia.. hehehe!

Saya belom mandi, sedangkan pacar saya sudah rapi jali dan wangi - maklum mau kerja shift pagi sih.. Saya cuek aja, berangkat pagi ini hanya bermodal gosok gigi dan cuci muka.. sisiran pun engga. hihihihi. *gampar

Tau-taunya.. di pasar becekkkk banget! Lumpur-lumpur kecil bergenangan di mana-mana.. wah.. pacar saya jadi manyun, dan terpaksa menaikkan celananya sampai selutut.

Trus, trus, beli nasi kuningnya itu.. musti di tingkat tiga, lo! Ada beberapa penjual nasi kuning di Pasar Kreneng, tapi yang di lantai tiga itu paling enak, langganannya Ibu saya. Perjuangan menaiki tangga becek dan basah itu pun saya lakoni, tentu aja sambil dipegangi sama pacar saya.. secara sandal saya licin.. banget!

Baru nemu penjual nasinya.. saya malah udah disapa duluan, "Cantik, mau beli apa?" hih.. jadi ge er.. hahahhaa! Saya bilang aja beli Nasi Kuning. (Abis penjualnya juga aneh ah.. udah jelas jualan nasi kuning masih nanya saya mau beli apa.. coba?!)

Saya pun dengan cerewetnya bilang, "Saya dagingnya ayam aja ya.. " "Ga isi ini.. Ga isi itu.." "Tambah ini .. tambah itu.." padahal beli dua bungkus aja! 

Dan penjualnya tetap saja bilang.. "Iya, cantik, apa lagi? Pakai sambal ga, cantik..??" bla bla bla.. sampe saya beberapa kali noleh ke pacar saya- yang  senyam - senyum sendiri di belakang saya.

Setelah selesai, saya ambil bungkusan nasi saya dan bilang, "Makasih ya Bu.. " dan penjual Nasi Kuning itu sampai saya berbalik jalan pulang pun, masih lantang berucap "Terima kasih ya, Cantik...!"

Sambil menuruni tangga dengan tangan yang masih dipegang pacar saya, saya berkata, "Aneh-aneh aja ah, tu penjual Nasi Kuning.. "

Pacar saya cuma tersenyum dan berkata, "Bukan aneh, emang benar kan, belum mandi aja, udah ada yang bilang cantik!"

Pagi ini, sinar mentari pagi berhasil merefleksikan semburat merah muda di pipi saya yang belum mandi, sambil berjalan di tengah keramaian Pasar Kreneng yang becek, dengan tangan yang digenggam erat sang pacar.

Minggu pagi kalian bagaimana, teman-teman? :)

Wednesday, January 6, 2010

Beda!

Gyah.. akhirnya bisa juga up-date.. (T.T)
Benar-benar mo curhat tentang kantor yang tidak berprike-gek-an.. (emang ada ya istilah itu???) *jitak!

Secara, saudara-saudari Angel's Lovers tercinta.. Gek udah mulai kerja lagi tanggal 4 Januari kemaren.. kan Gek baru dateng tanggal 22 Desember tuh... un-packing luggage aja belum sempat.. OMIGOD.. *tersedu-sedu.

Serasa semua beda dunia Gek baru sampe ke Bali, udah di uber-uber oleh "setan oleh-oleh" hihihihihi. Belum lagi sama Mami yang supa dupa cerewet ngalahin hujan badai tujuh hari tujuh malam.. Belum lagi "Balada Si Kopi Item" yang luar biasa nguras tenaga.. belum lagi perubahan suhu antara udara di rumah dan di kantor yang supa dupa dingin karena AC nya POL!

NB. (Gayanya.. belum akhir postingan kok udah NB?????)
*Buat yang tercinta Nchi dan Bli Jhoni.. sapa lagi yak? Bli Gusti, duhhh.. belum bisa ketemu yak??? Maaf! *nyembah-nyembah
*Si Kopi Item, kalo sempat dibuatin deh postingannya.. huhuhuhu.. (T.T)


Sepanjang hari mulai hari Senin kemaren, mulut saya sampe berbusa bilang,



Ampe teman-teman saya bengong dan protes karena keluhan-keluhan saya yang tidak pernah terdengar sebelumnya dari seorang gek! Gimana ga capek??? Perbedaan jam mengajar dan kesulitan level pekerjaan dari kerjaan saya di Aussie dan di Bali, berbanding terbalik, antara langit dan kerak bumi. Catet ya.. kerak bumi! Bukan bumi atau tanah.. (T.T)

Alhasil, kemaren saya terkapar dengan sukses dengan suhu badan menyamai suhu panci aer panas di dapur. Kepala kayak udah di jitak berjuta-juta palu, mata udah panasssss banget. Duh, menderita banget deh, saya.. huks huks. Yang nungguin kemaren malam juga cuma pacar saya, si Papi yang notabene dokter, seperti biasa acuh-tak-acuh kalau saya sakit. Nunggu pingsan dulu, baru dilirik. Untung masih punya persediaan obat pribadi, dan memaksakan diri untuk tidur lebih awal.

Pagi ini, waktu bangun sih, kepala masih lumayan berat, namun udah ga panas lagi. :) Sebelum kerja, saya juga bela-belain minum "Centrum" *apaan Centrum???
Cetrum itu, vitamin A-Z...! Praktis kan? Ada gak ya di Bali? Saya juga musti rela mengajar 4 jam tanpa memakai high heels saya seperti biasa - tambah membuat bengong murid-murid bule saya- yang bagi saya para "monas" hidup yang bersliweran di depan hidung saya.

Bukannya mau tampil beda dengan tidak pakai high heels, tapi, itu juga karena kaki saya kemaren, sakitnya tiada tara melebihi kaki yang diamputasi! (Sok pernah aje.. hih.. *touch the wood.)

Teman-teman guru yang baru bermunculan pada kaget semua ngeliatin saya, dan komentarnya masih... senada dan seirama dengan komen sebelumnya. *capeee deehhh!

Tapi, tadi siang, saya ketemu temen bule saya yang namanya "Des". (Bule Cowok ye.. )
Berikut cuplikan percakapan kami.

D : Hi Gek! OMG! You're back already!
G : Yeah right! Even I've got class!
D : Hey, you look so different!
G : Really?? Well, I don't think so, Des!
D : Yeah, your hair looks different!

Jiahhhhhhhhhhh.. gedubrax! Coba kalian tahu rambut saya yang dulu dan yang sekarang.. ck ck ck. Rambut saya sekarang, sebahu, kering, jering-jering, dan ikal! Rambut tidak rapi nomor satu di dunia, walaupun saya akui, "tidak rapi" itu menambah ke-eksotisan saya.. hahahhaha...! *gampar.
Sedangkan rambut saya dulu.. panjang, lurus (biasa lah.. pengaruh film-film korea ituuuu..), lembut, dan cantik sekale.. (walaupun mengurangi ke-natural-an saya.)

G : Well, this is my natural hair, Des!
D : Really?
G : But, which one do you prefer? My hair now or before?
(bagusan mana, rambutku yang sekarang apa yang dulu?)
D : Well, actually, hair is not very important for me, the most important thing is the underneath.
(Ah, rambut si ga penting, yang penting bawahnya...!)
G : WHAT???!!!

Friday, January 1, 2010

BLACK Magic


Siang ini, kulangkahkah kakiku mantap ke kantor yang telah memberiku hidup selama kurang lebih dua tahun terakhir. Langkahku tersekat di setiap lorong dan ruang, karena harus menyapa semua staff karena kepulanganku dari benua kangguru usai menuaikan tugas selama setahun. Tak banyak berubah, semua terlihat tak asing bagiku, semua terlihat menyenangkan. Kembali ke meja kesayanganku, kembali ke lingkungan orang-orang yang ku kenal dan menyambutku hangat.
Sehangat teh tawar di kantin belakang yang setia kuminum saat makan siang. Aku berada di lingkaran orang berbeda siang ini. Ada beberapa staff yang tidak ku kenal baik, namun mereka tidak keberatan aku bergabung, sambil mendengar celotehan mereka siang tadi. Aku juga mengijinkan beberapa teman lelaki yang menghisap rokok Djarum Black Slimz nya dalam-dalam sambil ikutan mendengar celotehan teman-temanku.
Disampingku, kebetulan ada temanku yang sedang hamil 6 bulan di bulan ke empat pernikahannya. Sedang sibuk menanyakan ini itu tentang persalinan, proses sebelum dan sesudahnya.
Kalau di Bali, tentu saja semua hal dihubung-hubungkan dengan tradisi dan ritual. Karena teman saya ini sedang hamil, maka dia dianjurkan untuk membersihkan diri ke Tirta Empul. Para Black Community yang berdomisili di Bali, tentu tahu donk tentang tempat wisata yang cukup sakral ini. Tempat ini terletak di propinsi Gianyar Bali, tepat di bawah istana kepresidenan yang dibangun oleh Presiden pertama Indonesia, yaitu Presiden Soekarno.
Tirta Empul sendiri adalah pura atau tempat suci umat Hindu yang cukup dikeramatkan karena memiliki kurang lebih sebelas mata air yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, sebagai pembersihan atau penolak bala, dan juga yang paling terkenal berfungsi untuk menyembuhkan orang yang terkena BLACK magic.
BLACK Magic, apaan sih?
Kalau di Bali, sih, Black Magic ini masih popular sekali… Kalau diindonesiakan, disebut ilmu hitam. Kepercayaan orang Bali akan ilmu ini, terbilang sangat tinggi. Sedikit terkena sakit aneh saja, mereka sudah buru-buru ke dukun atau orang pintar dan bertanya, “Apa kena Black Magic, nih?” padahal si sakit memang murni sakit atau hanya kelelahan saja.
Black magic ini, kerap digunakan apabila seseorang mempunyai sifat IRI HATI. Sifat ini, sungguh memalukan bagi saya. Lah, kalau tetangga baru membeli mobil baru karena hasil kerja kerasnya, apa perlu kita suguhi kue yang sudah berisi BLACK magic, hanya karena kita iri tidak bisa membeli mobil? Apa perlu kita mengirimi buah yang sudah berisi BLACK magic, karena saudara kita baru menikah dan terlihat sangat bahagia?
Hal ini juga diungkapkan oleh teman wanita saya, yang sudah empat tahun menikah dengan pria yang lebih muda. Dengan penuh semangat dia bercerita kepada teman-teman saya,
“Eh, tau ga? Waktu saya pacaran dulu, saya selalu diajak jalan-jalan ke Tirta Empul setiap minggu!”
“Loh kok  gitu?” timpal teman saya, si Ibu hamil, yang terlihat keheranan.
“Iya, saya juga ga ngerti, tapi, baru-baru ini saya tahu, kalau di Tirta Empul mampu menyembuhkan orang yang terkena BLACK Magic, baru saya ngeh.” Ucapnya, sambil menghabiskan teh botolnya.
Kami semua yang ada di meja itu, tambah bingung dan nggak mudeng dengan cerita teman wanita saya itu. Teman pria saya malah sudah mematikan rokoknya di asbak, walaupun belum habis, terlihat mereka sangat tertarik akan cerita teman wanita saya itu.
“Iya.. semua keluarga suami saya, sangat heran mengapa suami saya mau menikah dengan saya. Sudah dia lebih muda, dia juga anak tertua yang mau masuk keluarga saya. Tentulah mereka curiga, dipikirnya, saya pakai BLACK magic!!”
Semua orang di meja itu termasuk saya cuma manggut-manggut tanpa komentar. Mencoba menyeruput sisa-sisa minuman di gelas, walaupun sudah habis.
“Malahan, kalau saya buatkan suami saya kopi gitu. .dia masih saja terlihat ragu untuk meminumnya! hu uh!” Ujar teman wanita saya berapi-api.
“Padahal udah sering ke Tirta Empul ya.. tapi diajak nikah juga tuh, hehe..” tiba-tiba teman saya, si Ibu hamil nyeletuk, membuat suasana dingin mencair.
“Iya, padahal memang benar cinta – kok pakai kambing hitam si BLACK magic?” ujar salah satu teman pria saya, membuat semua orang yang ada di sekitarnya tersenyum lebih lebar.
“Betul itu, wong kalo udah cinta, tai kucing hitam juga rasa cokelat, setuju??” Ujar teman wanita saya sambil memandangi kami semua, yang langsung kompak berucap,
“Setujuuu…!!!”