Tuesday, December 15, 2009

Sebelah sisi HITAM


Pria itu berulang kali memeriksa HP nya siang itu. 11 Desember, hari yang ia nanti-nantikan. Setelah perjuangan selama dua bulan lamanya menanti-nanti.
Menanti apa?
Kekasih? Ah, tidak. Dia punya kekasih yang mencintainya, walaupun sang kekasih jauh berbeda benua mereka masih berkomunikasi. Dan bulan ini, genap sudah setahun hubungan jarak jauh itu dilakoninya.
Atau, Hujan? Toh hujan akan turun menyirami tanaman anggrek hitam di rumahnya, dan mengotori mobil tua nya dengan cipratan lumpur.
..Tit…Tit..
Sebuah sms masuk lagi, dan terlihat jelas wajah kecewanya. Jawaban sms yang ke tiga kalinya itu tetap sama. Dia menghela nafas, dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur sempit di kamarnya yang langsung berderak saat ia tindih. Dia buka kemeja hitamnya yang seolah menambah panas hatinya siang itu. Serta merta ia mengambil dompet hitamnya, menyelipkan ke saku belakang celananya. Pria itu berjalan gontai dengan kaos singlet ke warung sebelah rumahnya yang berada di gang kecil – di riuh rendah kota Denpasar.
“Mbok, kopi satu.”
Yang diperintah hanya memandang pria itu, tidak juga menuruti perintah konsumennya yang harusnya dielukan sebagai raja. Wanita muda itu, duduk di bangku kosong kecil di depan warungnya, menepuk pundak pria itu pelan sambil berkata,
“Lo, Bli Kadek kan tidak pernah pesan kopi, kenapa tumben mau minum kopi?”
Pria itu tidak menjawab, dia sibuk mengacak-acak rambutnya yang sudah terpaksa ia cukur cepak. Sambil menghela nafas lagi ia berkata,
“Yah.. namanya orang lagi kepengen kopi, Mbok. Tolong bikinkan lah satu.. “
Wanita muda itu hanya tersenyum penuh arti. Lalu menyelinap pergi ke belakang warung dan mulai memanaskan air  untuk memenuhi pesanan pria yang dipanggil Bli Kadek itu. Sementara pria yang terlihat cukup frustrasi itu, memandangi sekeliling warung kecil itu. Walaupun kecil, warung itu menyediakan apa saja, dari sembako- sampai keperluan bayi. Meski harus bersesak-sesak di ruang sempit itu. Terlintas di benak pria itu, betapa hebat ruang sekecil ini mampu menghidupi keluarga besar tetangganya ini.
Mata pria itu pun tertuju pada deretan rokok yang dipajang di lemari kaca, heran juga, kenapa hanya ada satu merek rokok di sana, iya.. hanya Djarum Black dan semua varian rasanya. Lamunannya terhenti saat aroma wangi kopi hitam menusuk hidungnya.
Bli Kadek, ini kopi hitamnya. Masih panas..” ujar wanita itu, sembari meletakkan kopi panas bergelas kaca di hadapan sang pria. Pria itu menarik segaris senyum dan melontarkan sebuah pertanyaan,
“Mbok, itu rokok Djarum Black yang di lemari kaca itu, varian rasa apa saja?”
Wanita yang dipanggil mengerutkan alisnya, dan beranjak ke belakang lemari kaca tempat ia memajang rokok-rokoknya.
Ada semua Bli Kadek. Djarum Black Menthol, Djarum Black Slimz, Djarum Black Tea, kenapa memangnya?” suaranya meninggi, tanda ia sepertinya tidak menyukai pertanyaan pria itu.
“Berapa harga eceran Djarum Black Menthol, Mbok?” tanya pria itu lagi.
Wanita muda itu tidak langsung menjawab, melainkan menampakkan wajahnya yang sedang muntab. Sungguh terlihat sepertinya wanita itu akan meledak.. namun ia masih bertanya dengan cukup sabar pada pria itu..
Harga sebungkus atau eceran per batang, Bli Kadek?” pancingnya lagi. Yang ditanya, gantian melongo dan spontan mengucapkan,
“err… sebatang saja, mbok.”
Wanita itu mendengus kesal. Kemarahannya sudah saatnya ia luapkan. Maka ia serta merta menutup dan mengunci lemari kaca yang penuh oleh deretan rokok Djarum Black- dan menimbulkan suara berderak yang sangat keras. “BRAK!”
Tidak dijual, Bli Kadek!” ujarnya keras. Sang pria terkejut dan tergopoh-gopoh langsung berdiri di hadapan wanita muda yang jauh lebih kecil ukuran badannya dari dia.
“Kenapa tidak dijual? Biasanya bisa tuh, ngecer beli sebatang, kenapa tidak dijual?” Ulangnya lagi. Pria itu nampak kesal, namun masih menata emosinya. Maklum, dia tidak mau berselisih dengan tetangga.
Saya tau, Bli Kadek sedang stress, atau lagi ada masalah, lagi jablai, atau apa sajalah.. tapi merokok bukan jalan keluarnya, tau!” serbu wanita itu judes. Pria itu menimpali lagi, tambah emosi.
“Heh, ga penting, saya punya masalah atau tidak. Yang penting Mbok untung toh, jualan rokok, meskipun sebatang?” hardiknya.
“Maaf ya Bli Kadek, saya ini tahu Bli Kadek, bukan perokok! Untuk apa saya jualan rokok kepada orang yang bukan perokok?” balas wanita muda itu tenang. Dia terlihat berani sekali. Untung saja gang kecil itu sepi. Kalau tidak, adu mulut itu bakalan ramai!
Pria itu mendengus dan menghela nafas lagi. Berat sekali- entah sudah berapa kali ia menghela nafas seberat itu hari ini. “Sudahlah Mbok, saya sedang ingin merokok, sebatang saja.. berapa harganya? Saya bayar lebih lah.. saya bayar harga sebungkus.” Ujarnya sambil mengeluarkan selembar uang biru lima puluh ribu rupiah.
Wanita muda itu tertawa, “Bli Kadek, Bli kira.. semua bisa dibeli dengan uang? Saya memang untung kalau Bli Kadek membeli sebatang rokok saya dengan harga sebungkus rokok, tapi, saya yang rugi karena membiarkan orang sehat merokok!
Pria itu tercengang dan melongo, sambil memegang selembar uang lima puluh ribuan -mendengar ucapan wanita muda penjaga warung itu, yang kebetulan juga tetangga baiknya. Wanita itu masih tersenyum dan mendorong punggung pria itu kembali ke rumahnya, seraya berkata…
“Sudah, kalau Bli Kadek stress, istirahat saja di rumah. Kopi hitamnya bayar besok saja!” ujarnya lagi.
Pria itu dengan terpaksa berjalan ke rumahnya dan berpapasan dengan Ibunya yang baru saja datang dari sekolah. Ibunya tergopoh-gopoh menanyai putranya yang sedang duduk di teras,
“Kadek! Bagaimana hasil ujian PNS kemarin, dapat kamu? Sekarang kan pengumumannya?” ujar ibunya bersemangat tanpa melepas helm. Pria itu tertunduk sambil mengeluarkan sebuah koin mata uang lima ratus tua yang sudah kotor dari dalam saku celananya.

“Bu, lihat koin ini?” ujarnya. “Koin ini mempunyai dua sisi. Sebelahnya berwarna HITAM – sebelahnya lagi putih.” Sang ibu duduk di pinggir kursi kecil sambil memperhatikan koin lima ratusan tua yang digenggam anaknya.
“Kita memang selalu perlu uang Bu, dan terkadang menghalalkan segala cara. Terkadang kita terhanyut dalam sisi HITAM uang – yang tanpa kita sadari, dia sebenarnya tetap, aslinya berwarna putih…” Sang Ibu mengerutkan alisnya, tambah tidak mengerti.
“Yang Kadek maksud disini, uang bukan segalanya. Dan tanpa jadi PNS pun, saya masih bisa menghidupi keluarga kita Bu..” ujarnya lemas. Gantian si Ibu yang marah-marah sambil melepas helmnya.
“Kok bisa …..tidak dapat lagi, sih? Kamu sudah bolak-balik ke tempat itu mendaftar, tunggu nomer ujian, belajar untuk ujian, nunggu pengumuman, padahal yang dicari sepuluh, masa kamu tidak dapat?!” Sang Ibu melenggang ke dalam rumah dan langsung menghidupkan TV. Tepat ada berita tentang laporan Hari Anti Korupsi, 9 Desember 2009, beberapa hari yang lalu.
Pria itu mengambil remote control dan menekan tombol OFF. Layar TV berubah jadi hitam dan sang Ibu naik pitam. “Kadek! Ayo hidupkan TV nya, Ibu mau nonton berita !!”
Sambil menggenggam remote si pria berkata, “Ya percuma ditonton, Bu. Korupsi itu masih mengakar dan meraja lela di mana-mana, ngapain juga kita harus nonton, buang-buang waktu!” Ujar pria itu singkat.
Sang Ibu masih berkacak pinggang dengan nada suara meninggi, “Memangnya, waktu Ujian Penerimaan PNS kemarin, kamu dengar ada korupsi? Bayar berapa, memangnya?!”
“200 juta.” Kata sang pria pelan tapi pasti, seraya memandangi ibunya yang melotot dan terlihat pucat pasi.
“HAH?!”

- Gek -


51 comments:

NOOR'S said...

ah...200 jt, wah..pantas jadi PNS susah ya...!? smoga menang kompetisinya ya...

Jhoni20 said...

wah ini pengalaman si "bli kadek" ya gek?!?!?!?

hehehehehe disini temen saya juga banyak yg gagal dalam test pns kemaren!!!!.......

Clara Canceriana said...

200 juta buat pns?
*brb tanya chi, dia bayar berapa waktu ikut tes*

Unknown said...

200 juta untuk jadi PNS
berapa tahun musti balik modal ya??
ah ironis sekali
mencari pekerjaan adalah untuk mendapatkan bayaran
bukan membayar
ini mendapatkan pekerjaan atau membeli sebuah prestise hidup?

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

mbak, tadi komennya dobel makanya tak delete
he..he

Sohra Rusdi said...

Kalau sy mesi bayar seperti itu wah nggak usahlah gaji cm satu jutaan lebih sekarang wah balik modalnya kapan

Unknown said...

200 juta? set dah.

Unknown said...

pagii.disini pagi gek. mampir ke rumahmu. tapi gak mo beli rokok.

Anonymous said...

Jie - Hahahaha, kyknya pengalaman pribadi yg di mix ma tema....hehehehe, penyajiannya baguuuus....hehehehe

Fanda said...

Ya, itulah yg bikin kebanyakan PNS (yg masuk lewat jalur 200 juta itu) terpaksa hrs korupsi ketika udah jd PNS. Buat balikin modal....

zujoe said...

aku juga punya kucing mba glek... namanya kucing black menthol... kalo di isep rasa mint, trus kalo digigit jadi pedes, soale di cakar >,<

Tha..^^ said...

200 juta...ck..ck..ck.. ngayal bebas dulu ah hehe
wish u luck dear ^^

gaelby said...

200 jta jdi pns, cerminan bangsa yang dihuni oleh oknum pengelola bangsa Bedebah.
IP 3.9 yg mpot2an di dapat waktu d kampus jadi bahan kibulan penyuapan, sungguh ironis.

sukses buat kontestnya, aku bleh ikutan yaa gek... kita sling vote aja, hehee.. :)

Unknown said...

daripada 200 juta'a buat koruptor mending di jadiin modal buat buka warung kaya tetangga sebelah "bli kadek"

kasian yach, CPNS yang ngelamar cm buat ngeramein aja, padahal kursi2 yg tersedia sdh di jatahin buat para pendukung KKN..

untung ada gek yang nyemangati "bli kadek"...

Unknown said...

waah gek..semanagt2...

semoga dirimu yg menang yaa saii ^_^

SeNjA said...

waduh,200 juta...gaji PNS berapa thn tuh bisa kembali hehe,..
uang bukan segalanya...setuju bli kadek ^_*

SeNjA said...

bli kadek itu pacarnya gek di denpasar y ? hihihi....(ngabuuurrr )

Pohonku Sepi Sendiri said...

eh, masa ampe 200jt gek.. separah itukah? kisah nyatakah?

Ninda Rahadi said...

sama kayak pencalonan caleg kemaren lah.. butuh duit banyak...

dan lucunya, misal selama kampanye ngasih apa gitu ke masyarakat... eh pas kalah diambil lagi.. payah..

huhu

nyambung ga ya?

SUNDANESIA said...

Cuma blogwalk ko. 200 jt? Berapa batang si black tuh? Nyak!

Ivan Kavalera said...

he he he, kemarin aku coba isep. Ternyata rokok Djarum Black itu mantap juga ya rasanya.

kedai kopi said...

Di kedai kopi juga dijual Djarum Black tuh..

vie_three said...

mbak gek aq baru bisa BW ini, hehehehe

busyet tuch 200 juta.... kasihno aq ajah dah jadi enak dia bisa nambah pahala soalnya beramal ke aq..... wkwkwkwkwk

Elsa said...

Gek, aku tau soundtrack yang cocok buat postingan ini.

lagunya Meja itu lho, its all bout the money...

Tiananda said...

*sedang bertanya-tanya makna di balik tulisan ini*

semoga korupsi lekas punah
semoga blog terbaik akan menang di blog competition

:)
semangat gek!

ALRIS said...

Semoga menang kompetisi.Salam kenal.

mc said...

ntu si mbok wanita muda perhatian amet sama bli kadeknya, awas loh lama lama malah bli kadeknya kebosenan jablai ditinggal dan malah ngecengin si mbok wkwkwkw

hahaha... uda jamannya begitu, diapain lg kan.

Andie said...

WOOOOTT?!!!

200 JUTA?!! mending buka usaha baru. ya gak gek?

Andie said...

uwah!

nanggung!!

******************
TIGA PULUHUXXXXXX!!
******************

kabur aaahhhh :P

RanggaGoBloG said...

Weleh... Hanya bisa melongo aku bis baca tulisan bu guru... Dah g bs koment apa apa... Enak bgt ngikutin alur ceritanya... Sampai terbuai deh pokokonya....

@minumino said...

200 juta?????????????????? gmn kalo kita bikin usaha aja?

(loh,apa-apaan ini)

kalo masukny aja segitu, kebayang pas udah kerjanya, segala diuangkan, materialistis,semua dilakukan untuk mengganti uang pendaftaran,bahaya...
menyebalkan ya...

(eeeehh,kenapa saya jd marah2???hihihihi)

Desi Eria R. said...

200 juta buat jadi PNS?
dimana tuh? parah banget boo...
Ayo kita berantas korupsi dari diri sendiri, contohnya ga menilep uang saku dari mamah hehe

insanitis37 said...

Oh jadi ceritanya nyindir nih???
kok sama banget, gak lulus pns. banyak ngeroko black juga.
CUma beda persepsi terhadap rokok aja. Bila kata si mbok ngeroko itu merugikan kesehatan, tapi bagiku nikotin adalah suplemen tubuh dan jiwa, hehehe

Seti@wan Dirgant@Ra said...

membaca artikel ini rasanya membangkitkan kenangan saya beberapa waktu yang lalu.....
Semuanya jadi hitammmm.....
Kelammmmm....

200 juta??????

mantap -Gek-

pushandaka said...

Pertama, saya suka dengan penjual rokok. Mereka harus tegas menolak menjual rokoknya kepada orang-orang yang seharusnya ndak merokok, terutama anak-anak. Membeli rokok adalah cara paling sia-sia untuk membelanjakan uang. Hehe!

Kedua, saya ndak tau pasti tentang fakta harus membayar sejumlah uang untuk menjadi PNS walaupun gosipnya memang santer banget. Hehe!

Ketiga, kegagalan adalah kesuksesan yang ndak kesampaian. Hihihi!

Irawan said...

Kalo masuknya pake 200 jt, tar pas jadi PNS bisa2 kerjanya nyolong2 duid, biar balik modal...

Pulya P. said...

wakh 200juta itu uang semuanya yah?....

Rumah Ide dan Cerita said...

Wuih ... saya mana punya duit segitu. Mahalnya harga jadi pns.

sibaho way said...

pemain utamanya bli-nya tho :D
sukses kontes DBBC-nya :)

TS Frima said...

kali ini cuma nyepam bu..
boleh kan :)

have a nice day :)

Ferfau said...

astaaaaagaaaaa... sebanyak itu??? #pingsan

HB Seven said...

walaaaah....kok banyak banget....duitnya ya......thuing-thuing.....

Kang Sugeng said...

Lagian kalo djarum blacknya dijual eceran bisa rugi tau, mana ada yg beli rokok eceran?

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, sekarang gagal coba lagi di tahun depan

Sari said...

Kalo 200juta siy, mending buat modal kawin hahaha :P

ice blended vanilla said...

200 jt? mending modal buat bikin usaha... hihihi....

Ellious Grinsant said...

200 Juta? busyeeeet... 100 juta lagi bisa lolos jadi caleg tuh waktu pemilu...

Ellious Grinsant said...

200 Juta? busyeeeet... 100 juta lagi bisa lolos jadi caleg tuh waktu pemilu...

Anonymous said...

nyari duit pake buang-buang duit? buang-buang duit untuk nyari duit? gak banget!

panio said...

jadi pns sekarang hrs bayar yah.. 200 juta..
cih! bukannya dipilih berdasarkan org2 yang emank punya kemampuan..
jamane jaman edaaan..
nice post, anyway.. :)

panio said...

jadi pns sekarang hrs bayar yah.. 200 juta..
cih! bukannya dipilih berdasarkan org2 yang emank punya kemampuan..
jamane jaman edaaan..
nice post, anyway.. :)