Keta angin itu, bukan milikmu. Namun kau selalu membanggakannya dihadapanku. Biasanya, kau selalu menemuiku di tempat kita pertama kali bertemu, sekarang kau lebih memilih pergi bersama keta angin, meletakkannya di depan pintu masuk rumahku dan memandanginya seolah kau sedang memandang sinar matahari pagi yang menelusup di sela dedaunan pinus dengan sinarnya yang cantik – tanpa berkedip.
Aku cemburu.
Dan kau tau itu.
Tanpa rasa kasihan sedikitpun, kaupun serta merta memaksaku untuk pergi bersamamu naik keta angin itu… Kau bilang, kau ingin menyaksikan pelangi pertama tepat di hari ulangtahunku. Kau mengatakan bahwa kau telah membangun jembatan diantara dua bukit terjal yang mampu menghubungkan keta angin dan jembatan pelangi. Kau menjanjikan untuk menggandeng tanganku di jembatan pelangi agar kita bisa mengambil bulan sabit yang tersenyum.
Aku menggelengkan kepalaku lekat-lekat, aku bilang aku tak sudi menaiki keta anginmu yang sudah tua, aku takut jatuh karena kau selalu melalui jalan kecil berbatu di samping rumah. Namun, lagi-lagi kau tak peduli dan alih-alih membelikanku sebuah baju terusan putih berpita, topi bundar besar – agar matahari tak mampu mencium kulit wajahku yang terang, ucapmu.
Sore itu, keta anginmu sudah bertengger manis di depan pintu. Aku sedikit kasihan melihat bentuk besi tua itu, dia unik dan berarti sangat besar buatmu. Kau menciumku pipiku sekilas saat melihat senyum pertama yang kuberikan pada keta anginmu, sewaktu kau menghiasnya dengan pita emas. Aku membantumu untuk mengikatkan pita emas itu di sela-sela jerujinya dengan menyisipkan setitik cintaku.
Sinar matamu sore itu bagai bintang menari diantara mendung. Aku terkesima oleh segala yang kau lakukan dan tanpa sadar aku berujar “aku mau naik keta angin itu bersamamu….” Kau pun meloncat bagai orang gila, berputar mengelilingiku seperti Jupiter yang mengelilingi surya. Menari seperti penari api yang kesurupan, riang tak terhingga. Rona pipiku itu pun terpantulkan jelas oleh pita emas yang tersisa dan kau sematkan di jariku.
***
Hari ini ulang tahunku, aku mematut-matut di depan cermin menggunakan baju terusan putih yang telah sengaja kau pesan jauh-jauh hari. Aku menata ulang rambutku sambil mengenakan topi bulat itu, yang warnanya masih cemerlang. Tak lupa aku menyematkan setangkai bunga mawar putih kesukaanku, yang kau kirimkan lewat kurir pos pagi tadi.
Hari ini kau dan aku akan menaiki keta angin itu, untuk pergi ke jembatan itu dan melihat pelangi. Aku sudah siap. Aku sudah tak sabar lagi. Aku sudah mengatakan pada semua orang, berbisik pada angin agar dia tiupkan berita bahagia kita ke seluruh penjuru mata arah, bahwa hari ulang tahunku kali ini akan jadi hari bersejarah bagiku , bagimu, dan tentu saja, sang keta angin!
Aku tak peduli akan jembatan pelangi, ataupun bulan sabit yang ia janjikan. Aku hanya ingin memeluk pinggangnya atau berjalan beriringan bersama keta anginnya. Aku cuma ingin bisikkan padanya, bahwa berada di sampingnya adalah surga Tuhan untukku. Cita-cita yang tidak terlalu muluk bukan?
Hari ini mendung, dan sudah terlalu lama aku menunggunya. Lipstikku sudah pudar, bedakku sudah luntur, senyumku juga lenyap. Terlebih lagi, kau datang saat hujan telah turun deras. Kau berdiri di hadapanku, penampilanmu tidak basah kuyup, aku bertanya-tanya, kemana gerangan sang keta angin?
Dengan lugas kau mengatakan padaku, kalau keta angin telah kau berikan pada pemerintah daerah yang sedang mengadakan sayembara pemilihan keta angin tua. Hari ini, kau sendiri yang mengantar si keta angin dan melihatnya berpindah tangan – ke tangan pemerintah yang kau tahu.. ku benci. Namun wajah pemenang yang terukir di wajahmu, sebenarnya membuatku kecewa – aku yakin, kau tidak tahu itu…
Jejak pita emas yang ku lilitkan di sepanjang keta angin itu telah kau lepas, ku lihat ia menggeliat manis diantara rangkaian bunga lily yang ada di genggaman tanganmu. Hatiku rasanya seperti pita emas yang terlilit diantara jeruji si keta angin. Seharusnya ku kayuh ia jauh-jauh hari bukannya membiarkanmu memperlakukannya selayak hatiku yang kau mainkan bagai boneka.
Aku melewatimu menerobos hujan diantara pintu pagarku yang tinggi. Aku melihat beberapa burung merpati di pinggiran jalan, mengais sisa remah basah di dekat jembatan bukit terjal- tempat yang kau janjikan, untuk menjemput pelangi bersamaku.
Aku menghela nafas, karena aku tidak merasa bahagia seperti merpati yang dilepas dari sangkar- aku sempat berharap kau akan mencontoh para merpati itu. Namun harapanku pupus, tercermin oleh baju terusan putihku yang telah berwarna coklat, ternodai oleh lumpur yang menjamahnya tanpa permisi, sambil menyaksikan aku yang membiarkan hujan melumat habis tubuh, seolah ingin meredakan api di hati yang membara.
Aku resapi kristal-kristal air tajam menembus kulit ,layaknya kau yang lagi-lagi membawakan sembilu…
Aku menghela nafas, karena aku tidak merasa bahagia seperti merpati yang dilepas dari sangkar- aku sempat berharap kau akan mencontoh para merpati itu. Namun harapanku pupus, tercermin oleh baju terusan putihku yang telah berwarna coklat, ternodai oleh lumpur yang menjamahnya tanpa permisi, sambil menyaksikan aku yang membiarkan hujan melumat habis tubuh, seolah ingin meredakan api di hati yang membara.
Aku resapi kristal-kristal air tajam menembus kulit ,layaknya kau yang lagi-lagi membawakan sembilu…
dan menorehkannya seganas teriakanku di ujung jurang,
Seliar perahu terdampar tanpa jangkar yang bertaut pada janji diatas ingkar...
Mullumbimby – devastated
65 comments:
eh
PEERRR
TTAAA
MAAXXX
suka ma kata penutupnya.. cedih, tapi tetap indah susunannya..
yg sabar ya gek.. :)
wah udah diborong sampai kelimax.....
tapi kenapa cuma wacana..??? wujudkan dong... :D
read......loading...............................................................................................................error!!!!!
masih coba mengerti maksudnya apaan ya?!?!! hehehehehehe
ceritanya tentang pengkhianatan gitu ya??????
Wah jadi ingat lagu nih
Tapi yang ini jauh lebih bagus diksinya
Adakah maknanya janji diatas ingkar disana yang ada ragu
"kesunyian terasa mewah bagi jiwa yang lelah."
sebuah lkalimt yg indah Mba...
lahir dari keleahan jiwa manusia yg senantiasa berkejar dengan waktu. berkejar dengan mimpi
waaah..maag gek, yg ini komen buat Senja, coz barengan bacanya..sori2!! (hehe, jd malu...)
Blm aku komen ke materi cerita, aku mau tanya dulu: keta angin itu apaan sih Gek??gak ngerti nih!hehe
sebuah pengharapan,tp usang, dilupakan,saat pergi br terasa ingin bersamanya,ingin bersamanya...terlambat yg ada hanya sebuah penyesalan.....
salam kenal y,
Jie - meski tertatih, tp aku harus membaca nya.....baguus
ckckck si Pohon udah langsung ngambil tempat banyak yak (-__-"
aku bingung, keta angin apa sih?
Salah ketik kali ya, "“aku mau naik keta angin itu bersamamu….” seharusnya mungkin "kereta" hehehehe..
narasi manis di minggu pagi.
ooh, ternyata memang "keta" ya. mantap.
lagi mellon, eh, mellow ya gek??hehehehe
horee... yang ini gak ada iklannya lagi Gek? hehehehehee...
yang ini bagus nih.
@ All : Keta Angin adalah Bahasa Daerah Minangkabau untuk "Kereta Angin" atau sepeda.. ;)
Makasi udah baca ya..
haaa... iya,. keta angin... bahasa minang, mbak...
keren lho postingannya... ;)
iya nih Rizky masih belum paham maksudnya
baguuuuusss... merinding baca nya.
eh keta angin itu bahasa mana ya??
mengiris ,gek...
..............
from another Seiri
Waw... kata-katanya kweren Gek... tp yg ultah sapa? dan keta angin itu apa? Saya ndak tau maksudnyaaaaaa.... hiks... T_T
keta angin tuh sepeda ya? unik penyebutannya.
hehee... makasih ya Angelku, penjelasannya udah dianter ke Rumah.
Abisnya komennya admin sama komentnya visitor, sama sih.
di edit donk Gek HTMLnya biar sedikit beda.
Liat tu punyaku...
Paling suka berdua naik keta angin, apalagi kalau dipeluk, jalannya seperti melayang gitu! qiqqiqiqiqiqiqi!
Ya udah ntar aku tulisin ya tutorialnya, mau di email, di pesen fb, di postinganku atau mau aku tulis di kotak komeng kamu? hehe...
Wah sungguh tulisan yang mengesankan. gaya bahasanya aduhai sangat sastra. Dikau pantas jadi sastrawan Indonesia masa depan. ;)
kamu lagi agak melow ya gek..hihi, sisi lembutmu tersirat di wacana ini..:)
take care dear..
Kunjungi situsku ya di http://artnya.blogspot.com atau http://www.temenku.com
soo sweet,..
katakatanya kereeen....
Adakah benarnya, janji diatas ingkar,
disana yang ada ragu..
(Janji di atas ingkar, Audy)
berusaha untuk tetap eksis disaat banyak kerjaan...
ada beberapa kalimat yang bagus ane suka mpok, wuakakaka...
awalnya aku juga gapaham keta angin.. cuma karena gambarnya sepeda ya aku asumsikan itu aja... hahahha untunglah ngga ada kata Dja*** B**ck hahahha upppsss!!!
sama kayak mbak zahra, lagi mellow tah mbak?
aku bisa ngerasain dari tulisan mbak gel.. feel yang kuat. hehe, jadi tulisan mbak KEREN BANGET. maap2, aku nilai tulisan bagus dan ngga itu dari feel yang bisa ikut aku rasakan dengan BACA.
empat jempol mbak ;) *kedipkedipgenit
aduh semua pada melo.....ah coba mencairkan es batu....eh mencairkan suasana ahhhhhhhh..............
satu....dua .....tiga.......
cuma iseng kok....tp aq dah tau garis besarnya tulisan kamu....n maksudnya apa plus arahnya kemana.....wes......permisi ya.....
dada byebye
mencium aroma kebohongan, seiris ketidak percayaan, sejumput keraguan, yang menghasilkan sebuah penghianatan, lengkap dengan bumbu penyedap kesangsian.. hehehe...
naik keta angin ke sini hihihi
Biarkan aja keta angin itu pergi. Yang penting sang pemilik beserta hatinya tetap buatmu. (sok tahu ya saya ?).
tulisan mu indah bu guru,aku gak heran kau adalah guru bahasa yang cantik he,...
tp,biarkanlah kereta angin pergi bersama angin.
Toh kau adalah rumput liar yang tak mudah patah meski oleh derasnya hujan dan sembilu menyakitkan.
Malam ini aku seperti dewi malam ku yg kemarin lagi,sendiri...Hufht,mengerikan...!
temani aku sahabat *_*
Kisahnya sedih amat, udara tambah dingin menusuk saat membaca untaian2 kata syahdu nan pilu...
Lagi cemburu ya mbak?
hmm...cemburu memang pantas diucapkan
sebagai tanda kita tak suka bila posisi kita terancam
rasa yang membuat kita tak nyaman
aku suka kalimat terakhir
"janji di atas ingkar"
mirip lagunya Audy
Kereeennn
Gek, memangnya setangkai mawar putih bisa dikirim lewat kurir pos ya? Apa ga layu tuh? hehehe...
Cerita yg indah, dan aku jadi tahu nama lain sepeda...
kenangan ama sepeda nih...he..he.
aih gek,
dalamnya... bagus tp yah....
love it gek,
what a telented girl u are :)
Sory yah...
Aku selalu dateng telat seminggu terakhir ini...
lampunya nggak bisa kompromi nih.
Postingan dan visitornya makin mantap....
Aku baru tau nama kereta angin,,,,...
Jangan bersedih ya mbak, yang lalu biarlah berlalu
Duh ......
Nafasku tersedak ....
hanya ada satu kata .. DAHSYAT.
Aku suka prosa ini ...
metaforanya unique sekali.
absurb bgt, kali ini aku tidak begitu mudeng kr waktu baca juga lgi ga konsen,lain kali daku kembali deh :P
wew, saya kok baru ke sini ya, sepertinya masih semangat2 nya ngeblog heheheh.
kalau baca tulisannya, sepertinya se-genre dengan mocha chi di masa lampau. tetap berkarya ya :)
hai hai hai apa kabar neh??????????????
hai hai hai apa kabar neh??????????????
oh ya....dont call me adit in facebook please??? :)
bagus.... keren deh..^^
wah Gek, ini dompet, kopi, kemeja semua hitam. kenapa singletnya enggak ???
hehhee.
iya tuh, daripada duit 200juta buat daftar jadi pns, mending buat modal usaha.
err...tapi nggak semua rekruitmen pns pake duit kok Gek. terutama PNS departemen. Kalao CPNS daerah masih banyak yang seperti itu.
It's nice post !
come and follow on myblog please
miss Gek postinganmu ga lepas dari Djarum Black...emmm...panjang, lama tp ga bs menghentikan sebelum rampung...i like reading your post
Post a Comment