Tuesday, May 26, 2009

A Wrong Man in the Right Place

Seberapa sering anda mendengar para wanita berkata, “Saya akan menunggu jodoh saya, karena Tuhan pasti sudah menciptakan a right man in the right place.” Namun di tempat kerja saya, telah hadir seorang pria baru yang langsung dijuluki, a wrong man in the right place. Yang memberi julukan tersebut para wanita juga. Tak ada hubungannya dengan cinta atau jodoh, melainkan makanan! Loh, kok bisa?

Di lingkungan kerja, saya termasuk pegawai baru. Bisa dibilang saya anak bawang yang tidak tahu apa-apa. Saya hanya melaksanakan tugas saya, yaitu mengajar. Karena kebetulan saya bekerja di bidang pendidikan, sebuah institusi bahasa asing di daerah saya. Saya pun mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan dunia baru yang terhampar luas di depan mata. Contohnya, jam kerja. Saya mulai bekerja pukul 1 siang dan pulang pukul 9 malam. Jam yang kurang lazim di mata orang awam. Karena kebanyakan orang selalu bekerja 8 to 4 atau 9 to 5. Belum lagi saya bekerja di dalam ruangan ber-AC yang selalu duiinginnn. Nah, omong-omong dingin, pikiran saya pun langsung identik dengan makanan, setuju? Karena udara dingin mampu membuat syaraf-syaraf perut selalu menuntut untuk diisi. Maka dari itu, saya selalu berusaha untuk membawa makanan kecil dari rumah, seperti roti, biskuit, bahkan saya juga sering membawa bakpao! Atau simple saja saya membawa uang lebih agar bisa berbelanja makanan di café kecil yang berlokasi di sebelah tempat kerja saya.

Ada juga beberapa staf yang sudah berkeluarga lebih memilih membawa rantangan dari rumah. Rantang-rantang tersebut dijejer rapi di meja dapur yang berlokasi satu atap dengan ruangan para staf pengajar. Maka dari itu, segala pengumuman penting untuk para staf biasanya terletak di dapur. Alasannya jelas, semua orang akan mengunjungi dapur bukan? Setidaknya untuk meminum segelas air atau membuat secangkir teh, ataupun kopi. Pengumuman yang tertempel setiap hari pun berbeda-beda. Ada pengumuman siapa saja staf yang cuti, staf yang sakit, staf yang mendapat tugas lembur, atau staf yang berulang tahun. Yang terakhir ini yang paling menarik. Karena, setiap staf yang berulang tahun pasti akan membawa sedikit percikan makanan ke kantor. Macamnya bervariasi, dari kacang telor, keripik singkong, kue-kue basah atau kering, sampai yang paling mewah- black forest! Makanan tersebut hanya diletakkan di meja dapur, dan jangan ditanya, dalam tempo kurang dari satu jam, makanan tersebut dipastikan sudah ludes!

Satu ketika, ada yang berulang tahun dan membawa percikan makanan di dapur. Ada satu staf pengajar pria baru yang langsung tanggap dan bergegas ke dapur. Dia memakan makanan tersebut untuk porsinya. Lalu, ia mengambil beberapa porsi lagi untuk dirinya sendiri, dan diletakkan di meja kerjanya. Dan kejadian itu bukan sekali dua kali, namun berkali-kali. Belum lagi apabila ada staf yang baru pulang dari bepergian, pasti dia orang pertama yang menagih oleh-oleh. Saya biasa memanggilnya dengan sebutan, “Si mas”. Untungnya bukan hanya saya yang “ngeh” akan sikapnya tersebut, tapi hampir seluruh teman kerja saya. Rasa ketertarikan “Si mas” pada makanan sangat besar. Misalnya siang ini, saya membeli roti dan meletakkan di meja saya. Ia langsung ke meja saya dan bertanya, “Eh, rotinya kamu dapat dimana, di dapur? Ada yang ulang tahun ya?” cerocosnya tanpa henti. Saya cuma menanggapi, “Oh, saya beli di café sebelah, Mas. Mau?” Tanya saya basa-basi. “Si mas” pun menggeleng cepat dan berlalu. Namun cerita dari para senior saya tentang “Si mas” ini lebih heboh saat saya menceritakan kejadian siang tadi.

“Waduh, itu belum seberapa!” komen para senior saya yang kebetulan hampir seluruhnya wanita. Sembari kami menikmati lunch, ia pun menceritakan kebablasannya waktu kantor kami mengadakan acara “Open House”. Saat itu senior saya memerlukan beberapa orang untuk menjadi penerima tamu, dan manajer saya memutuskan “Si mas” menjadi bagian front office karena dia tergolong staf baru. Maksudnya sih, agar dia lebih cepat bersosialisasi dengan lingkungan baru. Naasnya, karena senior saya tidak tahu kepekaan “Si mas” dengan makanan, senior saya malah meletakkan makanan dan minuman di meja front office! Alhasil dalam beberapa jam, makanan dan minuman pun berkurang drastis. Senior saya pun kelimpungan untuk mengeluarkan beberapa jajanan yang sengaja dipersiapkan untuk cadangan. Usut punya usut, beberapa staf memergoki si mas menjamah makanan-makanan dan minuman tersebut setiap 15 menit. Alamak! “Dan.. dia bahkan membawa tas plastik dari rumah!” lanjut senior saya berapi-api. Terlebih lagi setelah acara usai, senior saya sendiri melihat “Si mas” sedang memasukkan kue-kue basah itu ke dalam tas plastik yang telah ia persiapkan! Padahal seharusnya makanan yang tersisa akan dibagi-bagikan pada seluruh staf. Senior saya yang lain pun nyeletuk, “He’s really a wrong man in the right place.” Tawa kami pun membahana di dapur kantor.

Namun, nasib “Si mas” hari itu kurang mujur. Ibu manajer yang curiga pun menggeledah tas “Si mas” saat pria itu sedang lengah. Ibu manajer segera mengeluarkan seluruh kue di dalam tas plastik tersebut dan membagi-bagikannya pada seluruh staf termasuk satpam dan housekeeper yang hadir saat itu. Melihat hal itu, “Si mas”- katanya- hanya diam tak berkomentar. “Saya kira ia akan jera dengan itu.. tapi..” belum sempat senior saya melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba “Si mas” muncul di dapur. Kami pun sontak terdiam. Lalu dengan cueknya “Si mas” mencomot kerupuk yang baru akan dimakan oleh senior saya, bungkus kerupuknya pun belum sempat dibuka. “Minta ya..” ujarnya polos. “Mm…enak nih kerupuknya. Boleh minta semua?” ujar “Si mas” lugas. Para senior dan saya sendiri bengong melihat wajah “Si mas” yang terlihat seperti badak di mata kami saat itu. “Si mas” pun langsung melenggang keluar dapur, membawa kerupuk senior saya sambil berucap, “Thanks ya.” Kami semua menggeleng-gelengkan kepala kami sambil berdecak keheranan.

“Tuh, jangankan jera, sadar aja engga!” Saya pun nyeletuk tanpa sadar, “Oh my God. He’s really….” Yang lain kompak menimpali, “a wrong man - tapi kok bisa ya.. He’s always in the right place?”

Note:
Cerita ini sempat kukirimkan ke Femina, tapi ditolak!! (Lupa juga tanggal, bulan, apalagi tahun.....)
Ahahahahhaha--- no worries, at least, tidak ditolak untuk di publish di
"Angel on Earth"
Rocks!!

No comments: