Saturday, July 11, 2009

Tas Kuning (Bagian 4 - habis)

Ringkasan cerita sebelumnya :
Diandra VS Virga..
atau, Hendra VS Virga.. ?? (Kalo ga jelas, saran saya tetep... baca dulu bagian 1, 2, dan 3, yak! ) hehehe!



Keesokan paginya, Hendra pun berangkat ke sekolah dengan tas berwarna Biru, hadiah dari Ibunya.

“Wah, tumben Hen, pake tas yang itu. Ibu seneng dech..” Hendra hanya tersenyum.

“Bu, Hendra berangkat dulu.”

“Hati-hati ya, Nak.”


Sesampainya di sekolah, Hendra melihat parkiran timur. Ia mencoba mencari mobil Virga. Waduh, udah dateng dia, ga pa pa lah.. Bisik Hendra dalam hati, waktu ia melihat mobil Starlet putih milik Virga. Tiba-tiba Hendra terkejut, karena ada seseorang yang menepuk pundaknya.

“Hen, jadi bener… elo bener-bener cinta ya ma si Diandra buruk rupa itu..?” Hendra terkejut, karena di depannya sudah ada Virga, belum lagi Ia coba menjawab, Virga sudah menyemprotnya bertubi-tubi.

“Tas kuning lo mana, Hen…? elo ga lupa kan pesen gue waktu itu..?”

“Virga…” Sela Hendra.

“Berarti, lo bener-bener dah ga cinta- ga sayang lagi ma gue Hen…!” Jerit Virga. Hendra mencoba menenangkan Virga dengan memegang lengan Virga dengan lembut.

“Vir.. denger gue dulu…” Virga sama sekali tidak mau menatap mata Hendra pagi itu, gadis itu malah menepis sentuhan Hendra, dan berlari setelah ia berteriak..,

“Lo, jahat Hen..!!” Hendra terhenyak. Ia mengepalkan tangannya, kesal. Sementara itu, Dian ternyata memandangi peristiwa itu dengan sedih dari kejauhan parkir SMA Smanela.


Sepulang sekolah tampak seorang gadis cantik berkaca mata telah menunggu sosok Hendra di samping mobil Starlet putihnya.

Mungkin ini saat yang tepat kalo gue putus sama Hendra, hari ini dia bener-bener keterlaluan…

Suara hati Virga sudah sangat mantap ketika nunggu Hendra di pelataran parkir timur. Eh, cepet banget dia nongol.. Virga memperbaiki kacamatanya.

“Hai, Vir, kamu nunggu aku pulang?” Sapa Hendra sambil tersenyum.

“Hen.. kamu ga usah sok ramah dech.” Jawab Virga ketus.

Senyum Hendra menghilang “Lo.. Vir? Kenapa?” Tanya Hendra heran.

“Hen, hari ini aku udah tau, kalo kamu bener-bener udah ga sayang lagi ma aku.” Hendra menkerutkan alisnya.

“Vir…”

“Hen, aku minta putus!”

“Apa?” pekik Hendra siang itu.

“Iya, Hen. PUTUS!” Tegas Virga.

“Vir, ini akibat kecemburuan kamu dengan Diandra, kan?”

Virga melakukan gerakan bibir seperti mencemooh. “Cemburu, buat apa? Udah jelas dia buruk rupa seperti itu, kok. Lagian benernya gue kasian sama elo, Hen. Kok bisa-bisanya lo jatuh cinta sama gadis seperti Diandra….”

“Gue ga nyangka Vir kamu sejahat itu.” Bales Hendra.

“Maksud kamu?!” Tanya Virga ketus.

“Okey, Virga, Diandra Saraswati itu, sepupu jauh gua. Lo seharusnya tau itu.”

“Apa? Saras? Sepupu lo dari Kendari itu?” Tanya Virga, wajahnya memucat.

“Lo tau kan sejarah gue sama dia? Lo tau kan, dia yang menentang perjodohan gue ma dia? Lo tau kan dia ngasi gue kesempatan untuk pacaran ma elo?” Cerca Hendra bertubi-tubi. Virga menutup mulutnya tak percaya.

“Ken..kenapa elo ga ngasi tau gue Hen…” tanya Virga terbata-bata.

Hendra tersenyum sinis, “Karena elo ga pernah menyimak apa yang gue bilang, dan elo ga berubah.” “Elo tetep ngenilai orang dari luarnya aja, elo ga pernah tau gimana baiknya sepupu gue itu!” bentak Hendra.

“A..aku..” Virga menunduk memandangi tanah becek di bawahnya.

“Gue cinta ma elo, Vir. Karena gue kira hati elo secantik wajah elo. Ternyata..ga sebanding.” Hendra menghela nafas berat. Saat itu, Virga rasanya ingin berlari dan menyesali keputusan yang ia buat. Namun sepertinya, Hendra sudah tidak bisa mentoleransi kesalahan Virga kali ini.

“Putus, keputusan yang bijaksana, Vir. Sungguh.”

Mata Virga terasa panas siang itu.

“Oya, satu hal lagi. Tas kuning elo, Dian yang nyuci. Karena tas itu sudah setahun ga pernah aku cuci, maaf aku baru kasih tau kamu.” Kata Hendra pelan.

“Hen…. Aku minta maaf.” Hendra tersenyum dan menggeleng pelan.

“Kamu harus memperbaiki diri Vir. Don’t judge book from its cover..” Virga mengusap air di pelupuk matanya.

“Gimana hubungan kita, Hen?” tanya Virga takut-takut.

“Seperti yang kamu minta, Vir.”

Virga membuka mulutnya, terkejut.

“Tapi makasih untuk semuanya ya Vir, mungkin tahun depan aku akan mengajukan perjodohan yang sempat ditolak oleh Diandra…” Jawab Hendra pelan.

Dengan lembut dia mengusap kepala Virga dan tersenyum. Lalu ia berbalik arah menuju parkiran barat dengan langkah ringan meninggalkan Virga yang larut dalam tangis dan penyesalan yang selalu datang terlambat…

Hendra maafin gue…!!

--- fin ---

Melaleuca Road
(di sela-sela packing)
11 Juli 09 / 9:49 am

1 comment:

Unknown said...

Hmmmmm....ternyata...
positif thinking itu sangat bagus
syukurlah, aku selalu berfikir demikian
meski dalam sebuah penantian tanpa ujung
SEMANGAT !!!