Semenjak kecil, saya tahu, Tuhan
mencintai saya. Beliau selalu memberikan apapun yang saya inginkan. Beliau juga
selalu mengabulkan seluruh mimpi saya.. even
at the one the laughed at..
Maka, jadilah kebiasaan untuk
saya, bahwa “I must have what I want.”
Seluruh keluarga saya, terutama Mama saya pasti tahu tentang ini. Atau
mungkin.. karena saya anak tunggal, jadi saya otomatis, selalu mendapatkan apa
yang saya inginkan. Semua terjadi seperti air. Mengalir.
Stop.
Jangan bilang saya manja.
Saya dibesarkan dengan (sangat super) keras semenjak kecil. Kalaupun saya
mendapat semua keinginan saya, itu karena doa saya yang tak pernah terputus
kepada Tuhan. Orang tua saya memperlakukan saya seperti halnya, saya adalah
anak tertua dari 10 bersaudara. Jadi saya harus mandiri dan bertanggung jawab
atas diri saya sendiri, termasuk mimpi2.. sekecil apapun, sebesar apapun mimpi
itu. Orang tua saya, “kasarnya” hanya tukang berdoa, dan orang yang saya mintai
restu atas segala hal yang saya lakukan..and of course my number one fans..
*hugs* Kalimat sakti dan “klise” selalu
saya siapkan.. “We do the best, God do
the rest…”
Setelah, sebagian besar mimpi
saya terwujudkan dengan doa orang
tua…. *Let me show you the list…*
· *
Kerja di tempat yang (sangat) saya inginkan
(walaupun keluarga saya menertawakan karena saya dianggap tidak mampu…)
· *
Mendapat ijasah TESOL dari University Trinity
London (walaupun tanpa IELTS test dan banyak guru yang belum mendapatnya –
bahkan ada yang native speaker tidak lulus. Thank U God for loving meee….!)
· *
Dikirim ke Aussie selama satu tahun. (Walaupun,
saya baru bekerja 1 tahun di tempat saya bekerja – kesempatan ini sebenarnya
hanya datang bagi yang sudah bekerja selama 5 tahun – I was lucky, thanks a lot
God…)
· *
Dan masih banyak mimpi lainnya…. Termasuk menikah
dengan suami saya yang sekarang, dan mempunyai seorang anak laki-laki yang lucu
dan pintar. (Praise the Lord….!)
Belakangan ini, saya punya mimpi
untuk melanjutkan studi saya lagi ke Aussie. Yah, untuk belajar S2, mumpung
umur masih kuat untuk travelling, dan absolutely the right time, sebelum
berpikir untuk settle down dan
memproduksi anak lagi.. hehehe!
Segala daya upaya sudah saya
kerahkan, of course, saya memperjuangkan yang namanya beasiswa…! Kenapa jauh-jauh?
Di Bali juga bisa ambil S2…! Memang bisa, tapi kesibukan saya, society matters, small business that I run,
will make every effort to take the master in my own island.. is.. not what I would
like to do. Saya lebih memilih, “mengungsi” ke negeri orang untuk menuntut
ilmu, agar lebih focus dan maksimal. Mumpung keluarga sangat mensupport saya
tentang ini..
I talk about this scholarship every single day, every second of my
life, since I’ve sent the application. Bahkan saya merasakan hal yang
sangat positif dan yakin, bahwa saya akan lolos seleksi. Bukan hanya saya,
semua orang yang mengenal saya, juga sangat yakin. Malah lebih semangat
daripada saya. Mereka bilang, mereka ingin melihat pembuktian mimpi dan harapan
yang jelas-jelas menjadi kenyataan dalam hidup saya…
Namun, kembali ke kalimat klise
saya.. “We do the best, God do the rest..”
Pengumuman kandidat yang terpilih
akan disampaikan melalui surat, uniknya baik kandidat yang lolos maupun yang
belum lolos, akan diberikan surat. Sungguh, saya galauuuu menanti-nanti surat
yang tiada berkabar. Bolak balik cek e-mail dan Om Google, well.. still no news.
Sampai akhirnya, Tuhan berbaik
hati juga untuk mengirimkan sebuah sms dari seorang kolega yang juga
harap-harap cemas plus galau tingkat universe
untuk menantikan kabar beasiswa ini. Maka ia menyarankan saya untuk menelfon office
pusat di Jakarta.
Karena tidak ingin mati
penasaran, saya menelfon kantor pusat beasiswa itu di Jakarta. Setelah tiga
kali baru berhasil – dan itupun, ada jeda “hold” karena line telfon masih
sibuk..
Setelah diangkat.. *The Moment of Truth…*
“Selamat pagi mbak, saya ingin
menanyakan tentang daftar kandidat yang lolos seleksi”
“Baik, bisa minta namanya, mbak?”
Saya menyebutkan dua nama pertama
saya. Dan…………
*The Moment of Truth* (again – lebih deg-degan)
“Baik, dengan Mbak…. (dia
menyebut nama lengkap saya + tanggal lahir saya)”
“Benar mbak…itu nama dan tanggal
lahir saya.”
“Belum lolos mbak.”
“Oke terima kasih..” Jawab saya,
dan menutup telepon.
Did I cry? Not a drop.
Did I disappointed…? Maybe, a
little bit.
Do I want to try for another
application?
I’ll fight to the death.
I believe God never says NO. I
believe He has “far more” better plan for me.
I’m staying positive, God.. and
waiting patiently for a good news.
Sorry to let you down, Mama.. I’ll
fight for your happiness…
*Maaf kepanjangan dan curhat dulu
ya Angel Lovers.. trims untuk supportnya.. *
Kiss from Gek yang tetap semangat
untuk berjuang..
Cayoooooooooooooooooooooooooooooo!