Eh, ini bukan salah ketik ya. Judulnya dengan penuh kesadaran, kok, saya tulis. Kartono.
Apa itu Kartono?
Itu sih definisi saya sendiri tentang sosok pria yang sangat menghormati Kartini – Kartini modern, seperti “kita” – secara umum, dan “saya” secara khusus. Hehe..
Ga perlu lah, seorang pria itu jadi seorang super hero, yang senantiasa ada di samping wanitanya 24 jam. Rayuan, bunga, dan coklat juga ga usah dikasi setiap hari biar si wanita tetap lengket disampingnya. Asal, perhatian. Itu saja yang terpenting.
Contoh kecilnya, I am a night person. Jadi saya memang lebih bersemangat mengerjakan segala sesuatunya di malam hari! Otomatis, setiap pagi, sangat susah untuk membuka mata. Padahal saya masih menyusui, jadi pagi-pagi musti dapet “A very big breakfast!” Dan… saya merasa lucky punya suami yang mau bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuk saya. : )
Lalu, setiap saya pulang kerja, suami saya selalu on time membukakan pintu pagar buat saya, membawakan tas saya, merangkul pundak saya dan tersenyum.. ah, serasa lelah seharian hilang. Belum lagi, tugas-tugas rumah tangga yang selalu selesai tepat waktu tanpa saya minta.
Plus, dia selalu menjadi pria “tpa” yang harus mau tak mau harus menampung dan menelan omelan-omelan tak bermutu dari saya - setiap saya merasa lelah dan minta perhatian lebih,
dan dia.. tetap saja tertawa..
Waktu 21 April kemarin, dia membuka lemari pakaian saya dan menunjuk kebaya berwarna ungu.
“Gek, kamu pakai kebaya ungu ini saja ke kantor.”
“Loh, untuk apa?” tanya saya keheranan.
Suami saya tersenyum. “Sekarang kan Hari Kartini, hormatin dounk….”
*so sweet….