Sebuah judul film? Apakah postingan kali ini menyangkut soal film? Ah, tentu tidak. Sejak kapan seorang ibu plus wanita karir seperti saya sempat menonton film.. (haha – sombong amat.) Masih sempat kok, asal filmya tayang di stasiun swasta – kalo di bioskop.. phewww,,, in the next two years probably?
Apa sih yang terlintas di pikiran kalian tentang cincin?
Sebuah bukti ikatan?
Sebuah pameran tentang “I’m not available anymore”
Atau.. hanya sebuah aksesoris?
Mungkin semua itu benar. Namun saya hanya ingin berbagi sebuah kenangan, tentang sebuah cincin.
** *
Saya masih ingat, waktu saya kuliah – a very naïve and innocent girl who finally got a boy friend.. hehe. Tiap malam minggu jjs dounk.. nah, di salah satu mall, saya dan dia melihat sebuah stand cincin, stand yang mojok dekat tangga – dan kebetulan di samping money changer..
Kami pun sok imut memilih dan mencoba-coba cincin yang ada disitu. Sepasang cincin pertama yang kami beli berbentuk seperti mahkota.
Oke, tunggu – kenapa sebutannya pertama? Karena masih ada sepasang cincin kedua dan ketiga… hahaha!
Cincin berbentuk mahkota itu, menurut saya kebesaran! Dalam jangka waktu beberapa bulan, kami balik lagi ke stand cincin itu. Memilih-milih cincin, pilihan kami pun jatuh ke pada cincin polos yang bisa diisi nama. FYI, cincin-cincin itu hanya besi putih, bukan perak – apalagi emas.
Sedikit curang, pacar saya mengisi nama saya pada bagian belakang cincin itu – dan… itupun hanya mengambil setengah nama belakang saya. “Diana” Padahal, namanya bertengger di depan cincin saya – yang jelas terbaca. Namanya… ah, ga usah saya sebutin deh. :D
Cincin kedua itu menjadi saksi atas berbagai macam peristiwa yang terjadi antara saya dan dia di kota Singaraja – tempat kuliah saya dulu. Di bagian utara pulau Bali. Entah terlalu risi menulis namanya di bagian depan cincin, saya pun memaksa pacar saya untuk membeli cincin lagi. (ya ampyun serius amat, baru pacaran juga..)
Cincin ketiga, kami beli di PKB.. (eits, ini bukan nama partai politik ya..) Pesta Kesenian Bali. PKB ini diadakan setiap tahunnya di Art Centre, Denpasar Bali. Biasanya, akan dibuka berbagai macam stand yang memamerkan kerajinan yang dibuat dari 8 kabupaten di Bali. Ada pisau, keris, kamen, kebaya, sampai perak – macem-macem dehhh!!
Waktu itu, kami mengunjungi stand perak, dan dia langsung memilih cincin yang mau ia beli, haha.. kebiasaan tuh. By the way, cincin sebelumnya – seingat saya sih, kami bayar sendiri-sendiri, tapi perasaan saya deh yang banyakan bayar. Cincin saya dan dia sama-sama bermata satu – tanpa nama, tapi kami nyaman memakainya. Terlihat cantik di jari saya.
Namun, cincin ketiga ini, akhirnya harus dilepas juga karena – akhirnya, hubungan 5 tahun kami harus bubar begitu aja.
Capek-capek baca cincin satu sampe tiga, akhirnya putus juga.. haha.
Saya sendiri lupa dimana saya meletakkan cincin-cincin itu. Yang jelas cincin ketiga ini, di bawa suami saya untuk mencocokkan ukuran cincin pertunangan kami.
Loh? Apakah suami saya mengetahui itu cincin saya dan mantan saya.. tentu saja tidak. (naughty me!)
***
Minggu lalu, saya dan keluarga suami beranjangsana ke Singaraja. Ada relasi suami saya, bibi saya, dan keluarga ayah tiri saya juga berasal dari sana.
Rumah bibi saya pun jaraknya hanya 200 meter dari tempat kos saya. Mumpung ada waktu, saya dan suami maen-maen kesitu, sembari menengok saudara saya yang menempati bekas kamar saya dulu.
Kondisi tempat kos cukup memprihatinkan, karena kurang diurus. Tetapi saya enggan berlama-lama disana, too many memories!
Setelah berbincang-bincang dengan saudara saya, saya pun pamitan – tetapi tiba-tiba saudara saya itu bilang, “eh, mbok, saya menemukan cincin mbok di kamar.”
“ah, cincin apa?”
“Perak, mbok. Ada tulisan nama mbok…”
“masak?” saya tidak percaya. Saya tidak punya cincin perak, apalagi bertuliskan nama saya.. Ajaib.
“Benar mbok, ini dia.” Jantung saya berhenti untuk setengah detik.
Suami saya mengambil cincin itu, dan menelitinya.
“Beneran namamu kok Gek, “Diana”. Ujarnya sambil menunjuk bagian belakang cincin itu.
Saya hanya mengambilnya, terseyum… dan entah, saya tak tau harus menyimpannya dimana….
-fin -