I do everything to
make you mine.
But you don’t choose
to be mine.
***
Hubungan saya dengan Mr. Girrafe merenggang setelah kejadian
Miss Indah. Akhirnya saya menyadari, dia bukan milik saya seorang, dia bukan
hanya memperhatikan saya, tapi … hati saya sudah jadi miliknya.
Lalu bagaimana? Kalau dia tidak jadi milikku, siapkah aku
patah hati?
Saya berusaha mencuri perhatiannya. Menelfonnya.. (sudah
mulai memberanikan diri)
Tapi ada yang berubah dengan suaranya.
Biasanya kami tidak pernah kehabisan bahan bercerita saat
dia menelfonku hingga 45 menit lamanya, bahkan kadang satu jam terasa kurang.
Dunia berbalik saat dia mendengar suara saya. Ceria itu
hilang, dan saya tau, dia tidak mengharapkan
telefon saya.
Saat itu, dia sedang keranjingan latihan bola basket – dan
juga keranjingan adik kelas… hell yeah, new
comers.. pasti dia banyak cuci mata, selama ospek. Dan saya yakin pula,
banyak adik kelas menaruh hati kepadanya..
Sampai suatu ketika, teman saya berbaik hati menyampaikan
kabar..
Mr. Giraffe got a girl
friend…!!
“No…! You’ve got to be
kidding me!” jerit saya pada teman saya.
Teman saya menggelengkan kepalanya keras-keras. “Percaya
aku, Gek – sebelum kamu patah hati!”
Patah hati? Ah. Saya tidak percaya itu. Saya harus dengar
sendiri dari mulutnya!
(Lagi-lagi) itu tekad saya.
Saking nekadnya, saya
mencuri-curi kunci sepeda motor ayah saya dan pergi ngeloyor ke GOR Ngurah Rai
– demi Mr. Giraffe. Saya tidak punya SIM C saat itu, and..
I was only 13 years old! Adrenaline cinta memang luar biasa. : )
Saya duduk di salah satu kursi panjang dan melihatnya yang
bersimbah keringat, bermain basket di ruangan tertutup.
He looks so hot. I want him so bad.
Hari itu,saya
bertekad.. (tekad terus nieh!)
I’ll shoot
him. I’ll tell him my feeling – and he will be mine. Was it that easy?
SMP kami menang seperti biasa. Mr. Giraffe and the team was the strongest – at that moment.
Saya
hanya duduk dan memandangnya.
Saya juga memandang sekeliling-
kalau-kalau gadis
yang sedang digosipkan berpacaran dengannya di situ...
Kiri – Kanan – Bawah- Atas… CLEAR.
Saya bisa bernafas dengan lega. Tanpa sadar saya tersenyum
ke arahnya, dan dia membalas senyum saya. Dia pun menaiki tangga, keluar dari
lapangan dan duduk di sebelah saya.
Dekat.
Tanpa batas.
Saya bisa rasakan
lututnya yang masih basah oleh keringat yang menempel di bagian samping kaki saya.
“Nih” saya menyodorinya minuman dingin kesukaannya. Dia
tersenyum, menatap mata saya dengan jarak pandang 3 cm. I was hoping he didn’t see that I was blushing.
“Makasiii Gek, kamu baikkkk sekali.” Ujarnya sambil
mengacak-acak rambut saya.
“Hei, aku mau Tanya sesuatu…” (My heart was beating… )
“Go ahead, honey..” senyumnya lagi… (My heart
was beating faster… and faster…)
“Benar kamu pacaran sama adik kelas?” tanyaku sambil
tersenyum. Saya berharap jawabannya…
1.
Ahhh, itu bohong!
2.
Gosip dari mana? Murahan amat.
3.
Buat apa cari pacar? You are here.. (jawaban
menghayal)
Dia hanya memandangku lekat dan menjawab, “Iya, benar. Kok
tau, Gek?”
Deg!
Spontan saya menggeser tempat duduk. Shocked. Speechless.
***
I went home in tears.
I was having a broken heart…
-to be continued-
4 comments:
wuiih.. streaming..nih.ya..gek..he.he.. sip..sip.. kalau kata Guns N'Roses nih.. Patience..
Dan,...Gek slalu bisa membuat tulisan atau cerita nyata ini menjadi begitu tampak nyata bagi pembacanya.
Akhh, jd inget masa2 culun ituh ^^
Trima ksh suportnya di blog ku gek, aku tahu,...doa akan mengalahkan segalanya, rasa sakit dan takut. *hug*
hah. 13 tahun. astaga...bener2 cinta momon deh. hehee
huuu..... jadi kayak ngeliat sinetron cookies. xixixixi
Post a Comment