(3) The Conflict

Please tell me ..

If she is better than me..

I let you choose her.

*** 

Hell yeah, siapa yang tak menginginkan dia. 

Terlalu lugu kalau saya kira, dia hanya memperhatikan saya. Mungkin saja dengan leher panjangnya, dan bulu mencoloknya itu, dia mampu mencuri hati setiap kaum hawa di SMP saya.. 

Dan, keakraban saya dengan dia tercium, saat saya memberanikan diri, menyapa nya saat jam sekolah. Mata kami bertatapan seperti biasa, senyum malu-malu pun tak sengaja tersungging. Aku percaya pasti ada yang melihat pipiku merona siang itu..

Hingga akhirnya.. telefon rumahku berbunyi kerassss sekali siang itu. 

“Selamat siang, bisa saya bicara dengan Gek?”

“Saya sendiri.”

“Gek, ini Indah. Saya hanya mau tau, apa hubunganmu dengan Mr. Girrafe?”

“Teman saja.” Jawabku kelu. Sambil berpikir, mengingat-ingat.. Who the hell is she??!

“Stay away from him. He’s mine.” 

Klik. Suara.. “tuttttttt---“ yang berkepanjangan itu terdengar bagai petir di telinga saya. 

  Saya tidak tahan ingin menelfonnya – mengkonfirmasi – bertanya – atau apa saja… yang bisa membuat hati saya tenang. Tapi, saya urungkan niat. Mungkin Indah benar. 

Kring…. *duh telfon berbunyi lagi.. 

“Ha.. halo..?” jawab saya takut-takut. 

“Gek, hai.. gimana harimu?” 

Saya tersenyum. There you go, Mr. Giraffe, we do have connection, I thought..

“Umm, aku dapat telefon dari Indah…”

Mr. Giraffe pun akhirnya menjelaskan panjang lebar kalau hubungannya dengan Indah, sudah berakhir. Indah terlalu posesif dan terlalu banyak mencampuri urusannya. Dia tidak pernah jadi dirinya sendiri bersama Indah. 

Really? I tried to believe him. 

Semenjak itu, saya jadi takut pulang. Beberapa kali, Indah and the gang, berusaha mencegat saya – untungnya, teman-teman saya juga jadi intense melindungi saya.  Syukurnya sih, ga terjadi apa-apa. Tapi saya masih ingat “Evil look” nya si Indah sampai sekarang.. hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…

-to be continued-